Bukan pembatasan pengunjung yang akan ditangkap masyarakat dengan kenaikan harga se- fantastis Itu.
Tetapi bentuk komersialisasi berlebihan yang lebih akan dimaknai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia
Untuk itu Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sri Margana menawarkan dua solusi alih-alih menaikan harga tiket sangat tinggi yang tak masuk akan.
Seperti yang saya nukil dari BBC.Com, Ia menyarankan agar para pengunjung melakukan reservasi terlebih dahulu jauh-jauh hari untuk dapat memasuki kawasan Candi Borobudur.
"Masih ada cara yang lebih bijak, yaitu dengan membatasi kuota kunjungan, khususnya pagi para pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi lebih dulu." Katanya.
Atau bisa juga dengan mengatur aliran pengunjung sedemikian rupa sehingga tak merusak bangunan candi, misalnya dengan melakukan seleksi secara ketat mana orang yang boleh naik candi, atau hanya boleh mengelilingi bangunan candinya saja, menikmati landscape Borobudur yang indah itu.
Membatasinya bukan menaikan harga tiket sedemikian tinggi, tetapi mungkin bagi mereka yang berminat dan memiliki kepentingan untuk naik bangunan candi harus menunjukan surat rekomendasi dari instansi yang berwenang.
Dan surat rekomendasi ini harus dipastikan tak bisa diselewengkan atau diperjualbelikan, seperti biasa yang terjadi.
Saat ini sebenarnya pembatasan pengunjung telah dilakukan, tapi tak secara tegas diberlakukan, Â terkadang ya lolos saja meskipun sudah melebihi kuota
Selain dianggap sebagai komersialisasi berlebihan, menaikan harga tiket begitu tinggi akan berdampak pada ekonomi UMKM yang ada disekitar kawasan wisata super prioritas tersebut.
Karena saya sangat yakin dengan harga tiket setinggi itu, kawasan tersebut akan sepi pengunjung, kita tahulah wisatawan domestik itu sangat sensitif dengan harga.