Dan semua itu berhasil dibongkar oleh Lin Che Wei saat itu. Nama Che Wei setelah skandal akuntansi Lippogate ini semakin menjulang
Ia kemudian di angkat menjadi Direktur Utama perusahaan sekuritas besar milik negara PT. Danareksa mulai dari tahun 2005 hingga 2007.
Saat itu namanya masih wara-wiri di berbagai media bisnis. Tetapi setelah ia keluar dari Danareksa dan mendirikan perusahaan riset dan analisis industri, Independen Research & Advisory Indonesia(IRAI) ia lebih banyak bermain di belakang layar sebagai konsultan.
Lin Che Wei mulai masuk ke Pemerintahan saat dirinya menjadi staf khusus Kementerian BUMN dijaman Sugiharto sebagai Menteri-nya.
Ia pun sempat menjadi staf khusus Menko Perekonomian Aburizal Bakrie. Selain itu Che Wei dengan membawa bendera perusahaan Konsultan miliknya  sempat pula menjadi Policy adviser Menko Perekonomian Sofjan Djalil pada tahun 2014.
Kemudian pada tahun 2016-2019 ia sempat menjadi tim asistensi Menteri PPN/Bappenas, Menteri ATR/BPN dan penasihat Menko Perekonomian Darmin Nasution.
Nah, dari sinilah ia mulai bersentuhan dengan sektor kelapa sawit dengan segala macam turunannya.
Seperti dilansir Kompas.Com, Lin Che Wei ikut terlibat dalam formulasi kebijakan seperti pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-K) dan pembentukan industri biodiesel berbasis kelapa sawit.
Selain itu, ia juga terlibat dalam formulasi kebijakan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (2017), Studi dan Formulasi Kebijakan Pemerataan Ekonomi (2017-2019), dan Verifikasi Luas Lahan Kelapa Sawit di Provinsi Riau (bekerja sama dengan Dirjen Perkebunan dan PTPN V).
Karena berbagai keterlibatan dalam industri kelapa sawit ini lah kemudian Kementerian Perdagangan mendaulat Che Wei sebagai penasehatnya meskipun menurut penyelidikan pihak Kejaksaan Agung tak ada kontrak tertulis untuk pekerjaan tersebut.
Ironisnya, seperti dilansir pihak Kejagung Che Wei juga dibayar menjadi konsultan perusahaan kelapa sawit counterpart Kemendag, sungguh sangat tidak etis.