Amerika Serikat dan Sekutu Baratnya secara resmi mengajukan proposal untuk mendepak Rusia dalam organisasi G20 karena invasinya ke Ukraina.
Keputusan ini disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuannya dengan negara-negara Uni Eropa di Brusell Belgia Kamis (24/03/22) waktu setempat.
Dilansir NYTimes.com, Biden akan meminta kepada seluruh anggota G20 untuk mengganti posisi Rusia dengan Polandia dalam keanggotaan G20.
Namun demikian, AS dan Sekutunya tak bisa begitu saja mendepak Rusia. Lantaran menurut aturan dalam forum G20, untuk mengeluarkan sebuah negara dari keanggotaan G20 butuh persetujuan semua negara yang tergabung dalam G20.
G20 sendiri seperti yang saya kutip dari situs G20.org adalah sebuah forum multilateral strategis yang menghubungkan negara maju dan berkembang di dunia.
Kelompok informal ini terdiri dari 19 negara yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, China, India.
Kemudian ada Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Perancis, Rusia, Turki dan Uni Eropa.
Di tambah  perwakilan dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank.
Secara koletif forum G20 ini merepresentasikan kurang lebih 65 persen penduduk dunia. 79 persen perdagangan global dan lebih dari 85 persen perekonomian dunia.
Jika melihat komposisi  negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan G20, yang sudah pasti akan menolak di depaknya Rusia dari forum ekonomi ini adalah China.
Bahkan negeri berpenduduk terbanyak tersebut, sudah secara jelas mendukung Rusia untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, akhir Oktiber 2022 yang akan datang.
Mereka berpendapat tak ada ada satu pun anggota G20 yang merasa berhak untuk mengeluarkan anggota lain seperti yang diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin.
Menurut China, Rusia merupakan salah satu anggota penting di forum ekonomi G20 ini.Â
Artinya jika Barat dan Sekutunya bersikeras mendepak Rusia dari keanggotaan G20, Â China bakal memveto upaya tersebut.
Selain China, kemungkinan India dan Arab Saudi akan menentang usulan Barat dan Sekutunya. Rusia sebenarnya diuntungkan oleh posisi Presidensi G20 di pegang oleh Indonesia yang posisi resminya tak berpihak.
Andai posisi Presidensi G20 tahun ini dipegang oleh negara Sekutu Barat sudah hampir dapat dipastikan Rusia tak akan diundang untuk menghadiri KTT G20.
Bagi Rusia sendiri kehadiran mereka di KTT G20 Bali itu menjadi penting, paling tidak mereka bisa membeberkan kondisi yang melatari tindakan invasif mereka ke Ukraina.
Dalam kondisi ini seharusnya Indonesia bisa mengambil peran penting, untuk bisa mendamaikan kedua belah pihak yang tengH bertikai dengan dasar pemegang mandat Presidensi G20 2022 ini.
Atau paling tidak, bisa membuka jalan agar pembicaraan perdamaian antara Rusia dan Ukraina  berlangsung efektif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI