Apabila Indonesia membuka pintu lebar-lebar bagi Putin atau perwakilan Rusia untuk hadir dalam KTT G20 tersebut, sangat mungkin Amerikat Serikat dan Sekutunya akan memboikot pertemuan tingkat pemimpin negara yang merupakan puncak dari rangkaian acara Presidensi G20 tersebut.
Jika hal ini yang terjadi Indonesia dianggap gagal dalam mengemban tugas memimpin G20.
Namun, apabila Indonesia menolak kedatangan Rusia dalam KTT tersebut, Indonesia dianggap memihak sesuatu yang selama ini dihindari dan berpotensi mencederai politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Belum lagi tekanan yang akan datang dari dalam negeri, karena kita tahu banyak sekali masyarakat Indonesia yang mendukung Putin dan Rusia dengan berbagai alasan terutama lantaran ketidaksukaannya pada Amerika Serikat yang kerap ambigu dalam berbagai kasus Internasional terutama berkaitan dengan Palestina.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh Pemerintah Indonesia?
Lobi-lobi diplomatik  harus segera dilakukan Indonesia kepada kedua belah pihak untuk segera menyelesaikan situasi chaotik ini, sebelum penyelenggaraan KTT G20 dilaksanakan.
Masih ada waktu sekitar 6 bulan untuk menyelesaikan masalah ini. Syukur-syukur dalam 6 bulan ke depan perang antara Ukraina dan Rusia sudah selesai, sehingga buah simalakama ini tak harus ditelan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H