Dengan kepiawaiannya ini bukan tidak mungkin ten Hag bakal mendorong pemain muda jebolan akademi MU untuk lebih banyak berkiprah dan bersaing di tingkat teratas.
Jika ini terjadi keuntungan besar bagi Manchester United, selain dari sisi finansial akan menjadi lebih efesien yang kemudian bakal berefek ke sisi prestasi serta pembinaan pemain muda.
Dan jangan lupa ten Hag juga sangat piawai memoles pemain yang penampilannya melempem padahal pemain itu sangat potensial.
Ia bisa memoles salah satu pemain muda asal Pantai Gading  Sebastian Heller yang dibuang West Ham United karena dianggap "kayu mati" menjadi bersinar di Ajax bahkan menjadj salah satu top skor Liga Champion musim ini.
Selain Heller, ada pula nama Hakim Ziyech yang talentanya bisa dibangkitkan ten Hag saat bermain di Ajax, sehingga kemudian dipinang Chelsea dan kini menjadi salah satu pemain penting di Chelsea karena produktifitas dalam mencetak gol dan memberi asist.
Di Manchester United sendiri beberapa pemain bertalenta keren kini tengah meredup, sebut saja Marcus Rushford yang lama puasa gol, kemudian ada Harry Maguire yang musim ini kerap melakukan blunder.
Pun demikian dengan Luke Shaw, Viktor Lindelof, dan  Aaron Wan Bassaka. Level permaianan mereka sebenarnya sangat tinggi tetapi entah mengapa talentanya tersebut seolah menguap di musim ini.
Mungkin dengan kapabilitas ten Hag dalam memoles "kayu mati" untuk kembali menemukan performa terbaiknya bakal membawa mereka mengkilap lagi.
Satu hal lain, seperti dilansir pandit-pandit sepakbola Eropa, yang membuat ten Hag dianggap pantas melatih Manchester Merah lantaran ia merupakan salah satu pelatih yang kaya taktik dan memiliki filosofi menyerang dalam membesut tim asuhannya.
Kekayaan taktik ten Hag didapatnya saat dirinya menjadi asisten Pep Guardiola saat menungkangi klub asal Jerman Bayern Munchen.
Selain itu kebersamaannya dengan  Ajax membawa ten Hag menjadi pelatih yang  harus mampu mempraktikan skema 4-3-3 yang sangat menyerang dengan fillosofi Total Football-nya yang menjadi trademark Ajax.