Melansir Kompas.TV, video tersebut kemudian disiarkan oleh televisi pemerintah Rusia dengan narasi pasukan Ukraina yang berhasil dilumpuhkan oleh mereka.
Padahal video tersebut menurut sejumlah sumber peneliti, ternyata palsu. Video itu direkam 12 tahun lalu saat latihan militer di Finlandia tahun 2010.
Selain itu ada sejumlah fakta palsu lain yang kemudian dijadikan dalih oleh Rusia untuk melakukan invasi ke Ukraina.
Peneliti Senior media, politik dan kebijakan publik di Harvard University Jane Lytvynenko seperti dilansir NBCNews menyebutkan bahwa dunia harus bersiap menghadapi berbagai disinformasi yang merupakan bagian dari propaganda Rusia terkait invasinya ke Ukraina, termasuk di dalamnya penggunaan gambar dan video asli tetapi diimbuhi oleh narasi palsu.
"Kita tahu bahwa dalam setiap peperangan selalu diikuti oleh banjirnya  narasi berbau propaganda" ujarnya.
Propaganda ini bisa ditampilkan dengan berbagai bentuk yang menunjukan betapa hebatnya Rusia dalam melakukan agresi seolah membuat perlawanan Ukraina  itu tak ada apa-apanya.
Salah satu contohnya ia sudah menemukan sebuah video yang merupakan hasil recycle dari video saat konflik di Suriah tahun 2020 lalu.
Dengan segala kecanggihan editing yang dilakukan oleh pasukan cyber Rusia, kita akan dapat melihat tayangan yang benar-benar nyata namun ditampilkan dalam konteks yang jaih berbeda.
Para ahli tersebut  menemukan eskalasi berbagai format disinformasi mulai 14 Februari 2022 untuk pengkondisian rencana invasi Rusia ke wilayah Ukraina.
Mereka menemukan materi-materi palsu terkait invasi mereka ke Ukraina yang digaungkan oleh para buzzernya lewat seluruh platform media sosial yang ada dan di back up penuh oleh media mainstream termasuk televisi pemerintah Rusia.
Oleh sebab itu kita harus benar-benar cek dan ricek terkait kabar invasi Rusia ke Ukraina, jangan asal share karena bisa jadi informasi yang kita dapatkan itu bukan yang sebenarnya.