Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Propaganda, Kekuatan Utama Rusia Saat Menginvasi Ukraina

26 Februari 2022   07:02 Diperbarui: 26 Februari 2022   07:03 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Businessinsider.com

Rupanya Rusia tak hanya menggunakan pasukan militernya untuk meluluhlantakan Ukraina, tetapi juga mengerahkan pasukan cybernya untuk melancarkan propaganda mereka di media sosial, agar persepsi masyarakat dunia terhadap agresi militer mereka di Ukraina tak dianggap salah atau paling tidak, bisa dipahami.

Hal ini sebenarnya sudah diungkapkan dengan gamblang oleh Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin.

Seperti dilansir Detik.com, Mr. Hamianin menyampaikan bahwa untuk urusan propaganda Rusia memang jagonya, lantaran sudah sangat berpengalaman saat mereka berada dalam rezim komunis selama 70 tahun.

Vasyl menyinggung berbagai pernyataan pejabat Rusia terkait invasi militer yang mereka lakukan dibuat seolah membela rakyat Rusia, padahal kenyataan di lapangan yang terjadi sama sekali berbeda.

Metode propaganda ala rezim komunis Uni Sovyet masih terus dipergunakan oleh Rusia dan para pengikutnya hingga saat ini.

"Mereka menggunakan metode yang sama, mereka menggunakan instrumen yang sama untuk menyampaikan kebohongan mereka, menyebarkan informasi. Jadi hati-hati," ujar Vasyl.

Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa ahli yang menekuni masalah disinformasi yang melihat telah terjadi upaya orkestrasi sejumlah fakta dan narasi palsu yang menjadi dasar invasi Rusia terhadap Ukraina.

Upaya disinformasi yang digulirkan oleh Rusia ini dilakukan agar mereka bisa terhindar dari tekanan publik internasional dan tekanan yang datang dari dalam negerinya sendiri.

Mereka memfabrikasi data dan fakta agar pihak eksternal dan internal tersebut tak menyalahkan mereka atas tindakan agresi militer yang oleh Vladimir Putin disebut "Operasi Militer Khusus".

Kita harus pahami sejak awal, bahwa melakukan agresi militer ke sebuah negara berdaulat tanpa provokasi apapun dari negara yang diserangnya tak bisa dibenarkan, dilihat dari sisi manapun.

Makanya kemudian Rusia mencoba membuat pabrikasi fakta palsu berupa video sesosok penyusup Ukraina  yang mereka narasikan sebagai bagian dari tim  garis depan pasukan Ukraina tengah meledakan pabrik Klorin di wilayah Timur Ukraina yang dikuasai sparatis pro Rusia.

Melansir Kompas.TV, video tersebut kemudian disiarkan oleh televisi pemerintah Rusia dengan narasi pasukan Ukraina yang berhasil dilumpuhkan oleh mereka.

Padahal video tersebut menurut sejumlah sumber peneliti, ternyata palsu. Video itu direkam 12 tahun lalu saat latihan militer di Finlandia tahun 2010.

Selain itu ada sejumlah fakta palsu lain yang kemudian dijadikan dalih oleh Rusia untuk melakukan invasi ke Ukraina.

Peneliti Senior media, politik dan kebijakan publik di Harvard University Jane Lytvynenko seperti dilansir NBCNews menyebutkan bahwa dunia harus bersiap menghadapi berbagai disinformasi yang merupakan bagian dari propaganda Rusia terkait invasinya ke Ukraina, termasuk di dalamnya penggunaan gambar dan video asli tetapi diimbuhi oleh narasi palsu.

"Kita tahu bahwa dalam setiap peperangan selalu diikuti oleh banjirnya  narasi berbau propaganda" ujarnya.

Propaganda ini bisa ditampilkan dengan berbagai bentuk yang menunjukan betapa hebatnya Rusia dalam melakukan agresi seolah membuat perlawanan Ukraina  itu tak ada apa-apanya.

Salah satu contohnya ia sudah menemukan sebuah video yang merupakan hasil recycle dari video saat konflik di Suriah tahun 2020 lalu.

Dengan segala kecanggihan editing yang dilakukan oleh pasukan cyber Rusia, kita akan dapat melihat tayangan yang benar-benar nyata namun ditampilkan dalam konteks yang jaih berbeda.

Para ahli tersebut  menemukan eskalasi berbagai format disinformasi mulai 14 Februari 2022 untuk pengkondisian rencana invasi Rusia ke wilayah Ukraina.

Mereka menemukan materi-materi palsu terkait invasi mereka ke Ukraina yang digaungkan oleh para buzzernya lewat seluruh platform media sosial yang ada dan di back up penuh oleh media mainstream termasuk televisi pemerintah Rusia.

Oleh sebab itu kita harus benar-benar cek dan ricek terkait kabar invasi Rusia ke Ukraina, jangan asal share karena bisa jadi informasi yang kita dapatkan itu bukan yang sebenarnya.

Dalam konflik apapun selalu ada kabut yang menyelubungi sebuah fakta , apalagi agresi militer yang dilakukan Rusia ini.

Seluruh dunia tahu reputasi militer dan intelejen Rusia dalam hal menciptakan firehose of falsehood secara konsisten.

Menurut Departemen Pertahanan Amerika Serikat, ada beberapa tema falsehood yang secara konsisten dinarasikan oleh Rusia selama puluhan tahun, antara lain:

Pemerintah Rusia selalu menggambarkan dirinya sebagai korban dan langkah agresi yang dilakukannya hanya merupakan respon dari Russophobia.

Reaksi negatif dari komunitaa dunia atas langkah agresinya tersebut hanya karena mereka takut dan benci terhadap pemerintahan Rusia.

Pemerintah Rusia juga acapkali merevisi sejarah untuk mencari pembenaran atas tindakannya hari ini.

Dan Kremlin pun tak segan-segan untuk menciptakan berbagai realitas dusta dan kebingungan atas sebuah fakta jika didapati kebenaran fakta tersebut tak sesuai dengan keinginan mereka.

So sekali lagi cek dan ricek terlebih dahulu berkali-kali sebelum menyebarkan informasi terkait invasi Rusia ke Ukraina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun