Berdalih untuk kepentingan rakyat, tapi mengintimidasi dan menekan rakyat lainnya, kan aneh.
Apalagi di jaman media sosial seperti saat ini, agak sulit untuk menyembunyikan konflik antara rakyat dan pemerintah seperti yang terjadi di Desa Wadas.
Efeknya akan melebar kemana-mana, digoreng sesuai dengan kepentingan banyak pihak terutama ke arah politik elektabilitas.
Jika mengamati perbincangan di media sosial, politisasi konfilk Desa Wadas ini sudah terjadi.
Jadi sebaiknya selesaikanlah dengan cara-cara persuasif, dialog... dialog dan dialog hingga menemukan titik temu yang me guntungkan kedua belah pihak.
Ganti untung dengan angka penawaran di atas harga pasaran hingga titik tertentu mungkin bisa menyelesaikan masalah, tapi harus diingat tak semua warga memiliki kapabilitas yang cukup untuk mengelola uang tersebut.
Dalam konteks Warga Wadas yang mayoritas petani multikultur ini, tanpa lahan tersebut kehidupan mereka menjadi tak menentu.
Diberikan pelatihan kewirausahaan pun misalnya, yang menjadi pengiring pemberian ganti untung agar mereka bisa meneruskan kehidupannya  belum tentu mereka bisa.
Nature mereka adalah petani, sepanjang hidupnya ya bertani itu. Andaipun mau di swicth membutuhkan waktu yang panjang.
Mungkin solusi lain bisa diberikan dengan tukat guling tanah mereka dengan tanah lain yang memiliki ragam tanaman serupa dengan Bukit Wadas.
Atau cari lokasi penambangan batu andesit lain yang permasalahannya tak terlalu kompleks, atau beli saja dari penambang batu andesit yang telah existing.