Kemudian, mereka pun meyakinkan publik bahwa tak akan ada sepeser pun uang APBD DKI yang akan digunakan untuk kegiatan Formula E ini, tanpa membeberkan secara jelas dari mana uang yang akan digunakan berasal.
Panitia penyelenggara hanya menyebutkan dananya berasal dari internal Jakpro dan para sponsor.
Lucu nya para sponsor nya pun belum jelas, sementara waktu penyelenggaraan sudah dekat. Dalam event-event besar seperti Formula E biasanya setahun atau paling tidak enam bulan sebelum event itu terselenggara kepastian sponsor sudah didapatkan.
Dan parahnya lagi, meskipun waktu penyelenggaraan sudah dekat sirkuitnya saja belum jadi, baru menghasilkan pemenang tender pelaksanan pembangunan sirkuit.Itu pun diselimuti orang ketidak transparanan, sehingga menimbulkan polemik lanjutan.
Pertanyaan selanjutnya muncul, apakah waktu yang tersisa cukup untuk melakukan semuanya, belum lagi andai pun sirkuit itu sudah terbangun akan cocok dengan kualIfikasi yang ditetapkan pihak prinsipal Formula E.
Lazimnya untuk balapan berkelas dunia seperti Formula E, akan ada inspeksi-inspeksi detail terkait seluruh fasilitas sirkuit.
Bisa saja harus ada perbaikan-perbaikan yang memakan waktu panjang.Â
Andai pun itu bisa dilalui, bagaimana dengan urusan sponsor yang menjadi bagian penting dalam sebuah event, kecuali memang event Formula E memang tak mengincar potensi ekonomi berlawanan dengan janji manis  Anies Baswedan dan panitia penyelenggara gembar-gemborkan selama ini.
Kecuali memang penyelenggaraan Formula E dipaksakan untuk terselenggara demi karir politik Anies Baswedan.
Kita lihat lah, apa yang akan terjadi dengan ajang balapan Formula E ini 100 hari ke depan, apakah terselenggara dengan baik dan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat atau hanya untuk menyelematkan muka Aniws Baswedan semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H