Memorandum pergantian nama negara ini ssbenarnya sudah dirilis Presiden Erdogan sejak Desember 2021 lalu.
Dalam memorandum tersebut Erdogan memerintahkan lembaga-lembaga negara dan kementerian Turki untuk berkoresponden terutama untuk urusan internasional menggunakan nama "Turkiye"
Pun demikian dengan perusahaan-perusahaan manufaktur swasta yang berorientasi ekspor, ia meminta penggunaan labelnya, dirubah, dari sebelumnya "Made in Turkey" menjadi "Made in Turkiye".
Rencananya, Pemerintah Turki akan mengajukan penggantian nama itu secara resmi dan diakui secara internasional seperti penggantian beberapa negara lain yang telah lebih dulu dilakukan dari Burma menjadi Myanmar atau dari Republik Ceko menjadi Ceko misalnya.
Untuk itu dalam beberapa pekan ke depan nama baru "Turkiye" akan didaftarkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mendapatkan pengakuan secara Internasional.
Namun ada sedikit masalah teknis terkait penggantian nama Turkey menjadi Turkiye ini, yang berhubungan dengan huruf "U" dalam bahasa lokal Turki yang menjadi dasar penamaan Turkiye.
Huruf "U" seperti itu tak ditemukan dalam rangkaian alfabet latin yang umum digunakan masyarakat internasional.
Menurut para pengamat Internasional, salah satu solusinya  bisa saja diputuskan "U" yang digunakan bukan "U" dalam bahasa Turki namun "U" alfabet latin.
Terlepas dari hal teknis itu, para pejabat Turki optimis bahwa pada akhirnya mereka dan PBB akan menemukan solusi yang tepat sehingga nama Turkey bisa berubah menjadi Turkiye dan diakui secara Internasional.