Arteria Dahlan tengah menuai badai, permasalahan dengan masyarakat Sunda yang tadinya ia anggap sepi kini membuatnya perih tak berperi.
Untaian kata maaf yang ia ucapkan terlepas berasal dari lubuk hati yang paling dalam atau karena keadaan yang terpaksa harus ia ucapkan tak cukup meredam kemarahan masyarakat suku Sunda.
Kini tak hanya Arteria Dahlan yang menjadi sasaran, PDIP partai politik yang menaunginya harus terkena getah akibat ucapannya yang dianggap menghina bahasa Sunda dan tingkah arogannya meremehkan suku yang kebanyakan berdiam di wilayah barat Pulau Jawa ini.
Tagar #SundatanpaPDIP menggema menjadi trending topik di platform media sosial Twitter. Hingga tulisan ini dibuat tadi malam, tak kurang 8 ribu lebih cuitan dengan tagar tersebut.
Ada sejumlah faktor sebenarnya yang membuat situasinya menjadi eskalatif seperti saat ini.
Pertama, karena faktor sosok Arteria Dahlan-nya sendiri yang penuh kontroversi. Berkali-kali ia berucap dan bertindak arogan sehingga menimbulkan kegaduhan di media sosial.
Tentunya kita masih ingat, saat Arteria menunjuk-nunjuk sambil berujar dengan nada tinggi tanpa kesantunan kepada Profesor Emil Salim dalam sebuah acara talkshow di salah satu stasiun televisi swasta.
Padahal kita tahu Prof Emil Salim, seorang tokoh bangsa sepuh yang sangat dihormati.
Kemudian, saat ia berseteru dengan seorang wanita yang kemudian diketahui istri seorang anggota TNI di Bandara Soekarno-Hatta.
Kedua, karena faktor PDIP, kita tahu Arteria merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Fraksi partai berlambang Banteng bermoncong putih.
Selain itu kita kenal PDIP sebagai partai yang kerap mengusung isu toleransi sebagai jargonnya, yang berkaitan dengan nasionaliame dan Pancasila yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
Dan ternyata jargon itu dilibas sendiri oleh anggotanya, dengan ucapan Arteria yang terkesan rasis dan intoleran dalam hal kesukuan.
Di Jawa Barat nama PDIP memang tak begitu harum, buktinya pada saat Pileg 2019 kemarin mereka kalah dari Gerindra.
Dari 91 kursi yang diperebutkan di daerah pemilihan Jawa Barat seperti yang saya kutip dari situs KPU.go.id PDIP meraih 13 kursi.
Sementara dalam Pilpres 2019, pasangan Capres Jokowi-Maaruf Amin yang pengusung utamanya PDIP kalah cukup telak di Jawa Barat dari pasangan Prabowo-Sandi 10.750.568 suara berbanding 16.077.466 suara.
Ketiga, jika diamati dari puluhan ribu cuitan di media sosial Twitter ada pihak-pihak yang selama ini berseberangan dengan PDIP secara tegas, menggunakan blunder Arteria Dahlan ini untuk kepentingan politiknya.
Meskipun, memang jumlahnya jika diperhatikan secara seksama pihak yang seperti ini tak begitu signifikan, jauh lebih banyak yang murni tersinggung sisi primodial kesukuannya.
Andai saja Arteria Dahlan cepat menyadari kesalahannya, sesaat setelah Gubernur Jawa Barat menyentil lewat cuitan di akun Twitter miliknya agar Arteria meminta maaf kepada masyarakat Sunda, mungkin masalahnya tak akan bereskalasi seperti sekarang.
Arteria Dahlan lebih memilih bertahan dengan arogansinya, menolak meminta  maaf.
Alih-alih meminta maaf, Arteria malah dengan jumawanya menantang Ridwan Kamil atau siapa pun masyarakat Sunda  yang tersinggung atas ucapannya yang menihilkan bahasa Sunda itu, mengadukan dirinya ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD).
"Kalau saya salah, kan, jelas, mekanismenya ada di MKD. Apakah pernyataan saya salah?" Â Ujat Arteria, seperti dilansir Kumparan.com, Rabu (19/01/22).
Sontak saja ucapan penuh kesombongan ini membuat kemarahan masyarakat Sunda menjadi bertambah parah, bahkan rekannya sesama anggota PDIP pun sempat menegur dan menyayangkan tindakan Arteria ini.
Saya pun sebagai salah satu orang yang berakar dari suku Sunda dan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar sehari-hari sangat tersinggung dengan segala kearoganan nir empati Arteria Dahlan ini.
Pun demikian dengan puluhan juta masyarakat Sunda lainnya, sumpah serapah paling kasar dalam bahasa Sunda yang ditujukan pada Arteria bertebaran  sangat masif di dunia maya.
Dalam diam, mungkin pengurus DPP PDIP mulai gerah dengan semakin tingginya kekesalan masyarakat Sunda terhadap salah satu anggotanya tersebut.
Dan mereka pun menyadari bahwa kesalahan ada di Arteria, apalagi Ketua DPD PDIP Â Jawa Barat Ono Suryono sempat meminta kepada DPP PDIP agar Arteria diberi sanksi atas ucapannya yang menyinggung masyarakat Sunda.
Baru lah kemudian Arteria Dahlan mau meminta maaf. Itupun setelah ia dipanggil pengurus pusat PDIP, dan Arteria dinyatakan bersalah.
Tetapi the damage has done, masyarakat Sunda kadung kesal dan  menganggap permintaan maaf Arteria tidak tulus, lebih karena terpaksa.
Makanya kemudian kemarahan masyarakat Sunda terus bergulir bahkan kini membawa-bawa PDIP.
Mungkin kalau pemilu dilaksanalan dalam sebulan ke depan, suara PDIP di Jawa Barat bakal anjlok hingga titik terendah.
Untungnya, Pemilu masih dua tahun lagi jadi masih ada waktu untuk recovery elektabiltas dan berharap ingatan masyarakat Sunda tak panjang terkait hal ini.
Sebenarnya cara paling efektif untuk recovery elektabilitas PDIP di Jawa Barat adalah mem-PAW-kan Arteria Dahlan dari keanggotaan sebagai wakil rakyat fraksi PDIP di DPR.
Jika sanksi yang diterima Arteria hanya administratif, insiden ini bisa jadi akan terus diingat dan suara PDIP di Jawa Barat bisa jadi bakal bener-bener anjlok di Pemilu 2024 yang akan datang.
Pilihannya, Arteria Dahlan atau suara masyarakat Sunda.
Asal tahu saja, Suku Sunda itu tak berminat untuk berkonflik, tapi sekali diusik kabeh ngulisik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H