Kata "Sunda" sejak Selasa sore hingga Rabu pagi ini masih menjadi trending topik di media sosial Twitter, tak kurang 20.500 cuitan menggunakan kata sunda yang sebagian besar merespon atau mengungkapkan rasa kesal, marah dan sebal terhadap politisi PDIP Arteria Dahlan.
Seperti dilansir sejumlah media, dalam kesempatan rapat dengar pendapat bersama Jaksa Agung  ST Burhanudin, Arteria mengutarakan pendapatnya berkaitan dengan masalah profesionalitas Jaksa saat bertugas.
Di tengah rangkaian katanya itu, tiba-tiba ia mengungkapkan dalam satu kesempatan ada Kajati yang berbahasa sunda saat rapat.
Padahal menurut Arteria setiap rapat resmi di pemerintahan seharusnya menggunakan bahasa Indonesia.
"Ada kritik sedikit Pak JA, ada Kajati Pak dalam rapat, dalam raker itu ngomong pakai bahasa Sunda, ganti Pak itu," ujar Arteria. Seperti dilansir Kompas.Com. Selasa (18/01/22).
Nah, kalimat inilah yang menimbulkan polemik terbaru yang dirilis Arteria Dahlan yang kemudian memicu kekesalan dan kemarahan masyarakat Sunda.
Ucapan Arteria, yang meminta Kajati tersebut dipecat hanya karena dia berbahasa Sunda saat rapat, seolah memakai bahasa Sunda saat rapat itu sebuah tindakan kejahatan, yang memungkinkan seorang pejabat dipecat.
Padahal salah satu hal terpenting dari keberadaan rapat itu biasanya mengkomunikasikan apa yang harus dilakukan dan evaluasi apa yang telah dilakukan bisa tersampaikan dengan baik kepada para peserta rapat tersebut.
Dan penggunaan bahasa daerah setempat yang sangat dipahami oleh para peserta dapat membuat pesan yang ingin disampaikan dalam rapat menjadi lebih kena dan lebih mudah dimengerti.
Selain itu, secara hukum pun penggunaan bahasa daerah ternasuk bahasa Sunda tak ada yang salah karena dalam Pasal 32 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 sudah jelas termaktub bahwa penggunaan bahasa daerah dipelihara dan boleh dipergunakan.
Oke lah, bahasa Indonesia memang seharusnya digunakan dalam setiap rapat resmi di Kementerian dan Lembaga Negara, tetapi bukan berarti juga penggunaan bahasa daerah dalam rapat menjadi diharamkan yang jika dilakukan berakibat pelakunya harus dipecat.
Saya ribuan kali mengikuti rapat di berbagai kementerian dan lembaga negara, banyak juga nara sumber atau penanggapnya yang menggunakan bahasa asing atau bahasa "anak Jaksel" yang wacas wicis, tak masalah.
Saya pernah rapat di wilayah yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-harinya, mereka dalam menyampaikan paparannya dicampur-campur menggunakan bahasa Jawa juga, tak masalah.
Coba perhatikan Walikota Solo Gibran Rakabumingraka, saat menyampaikan statement pada media dan beberapa kali terdengar saat rapat resmi pun sebagian menggunakan bahasa Jawa.
Kenapa itu tak dipermasalahkan oleh yang terhormat nan Pancasialis, Arteria Dahlan, kenapa bahasa Sunda yang digugat bahkan ia meminta pejabat tersebut dipecat?
Saya pun yakin, Kajati Jawa Barat seperti yang di mention Arteria, tak seluruhnya menggunakan bahasa Sunda seperti yang diucapkan lengser pada upacara perkawinan adat Sunda. Apa salahnya.
Tak heran kemudian masyarakat Sunda meradang, karena agak sulit untuk mengelak bahwa ada nuansa rasis dan intoleran dalam ungkapan Arteria Dahlan itu.
Ridwal Kamil Gubenur Jawa Barat, wilayah dimana masyarakat Sunda berada harus bereaksi lewat cuitan di akun Twitter miliknya @Ridwankamil, menyayangkan ucapan Arteria yang terkesan intoleran.
"Searifnya Bang Arteria Dahlan meminta maaf kpd masyarakat #Sunda. Negeri ini sdh lelah dgn pertengkaran. Nusantara ini kaya krn perbedaan, termasuk bahasa. Jika tdk nyaman silakan sampaikan keberatan, namun minta pemecatan jabatan menurut saya itu berlebihan. Mari Jaga persatuan."
Begitu cuitannya, dan saya sepakat dengan kang Emil, enggak capekah kita harus bertengkar karena identitas.
Suku, agama, dan ras adalah bagian dari identitas seseorang, dan sudah dipastikan tak akan sama semuanya yang harus dihormati bukan terus menerus diungkit-ungkit.
Intoleransi itu bukan hanya urusan agama, melainkan juga dalam hal suku dan budaya.
Katanya paling Nasionalis, paling  Pancasilais, paling menjunjung Bhineka Tinggal Ika, kok tingkahnya malah sebaliknya.
Percayalah ungkapan-ungkapan seperti yang diucapkan Arteria Dahlan itu bukan hanya kontra produktif buat dirinya dan PDIP partai yang menaunginya, tapi buat persatuan seluruh bangsa ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI