Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Inside Man, Bukan Film Perampokan Biasa

15 Januari 2022   15:11 Diperbarui: 15 Januari 2022   15:16 2142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tvguide.com

Sebagai penggemar film ber-genre crime terutama yang bertema perampokan. Saya selalu menempatkan film drama perampokan "Inside Man" karya sineas kondang Spike Lee sebagai salah satu film genre crime terbaik yang pernah dibuat.

Untuk kesekian kalinya, saya semalam kembali menonton film yang dibintangi Clive Owen, Denzel Washington, Chiwetel Eijofor, William Defoe,  Jodie Foster, dan Christopher Plummer ini di aplikasi layanan streaming Netflix.

Meskipun telah berulangkali menyaksikan film yang dirilis tahun 2006, saya tak pernah berhenti takjub dengan premis beragam yang dibangun dalam film ini.

Perampokan cerdas tanpa darah berceceran menjadi premis utama, dalam film ini. Di tengah premis utama tersebut, Spike Lee mencoba menyisipkan isu kejahatan perang yang berkaitan dengan holocaust saat bangsa Aria menghabisi bangsa Yahudi  dan isu rasial yang memang kerap menjadi premis utama film-film karya Spike Lee.

Kita tahu Spike Lee yang telah berkarya lebih dari 4 dekade kerap menggali isu-isu sosial politik terutama yang berkaitan dengan rasialisme.

Ide-ide film-nya memang terkadang cukup komtroversial. Salah satu film garapamnya yang cukup kontroversial adalah Malcom X, biopik dengan kemasan drama tentang aktivis HAM Muslim Afro-Amerika berlatar tahun 1960-an.

Sisipan isu rasial dalam film "Inside Man" ini memang tak terlalu "bold" menjadi premis, tetapi jika diamati secara seksama dari casting para pemerannya saja kita akan tahu bahwa isu rasial walau pun sangat tipis akan diangkat dalam film ini.

Mungkin yang paling"nyata" dalam  menggugat kesalah kaprahan stereotype terhadap sebuah bangsa dalam film ini, adalah salah satu karakter dalam film itu yang benama Vikram Sing menggunakan terban penutup kepala khas suku Sikh India, tapi oleh para petugas keamanan ia disalahkaprahi sebagai muslim dan ditekan begitu rupa padahal ia bukan pelaku perampokannya.

Mungkin Spike Lee saat membuat film itu terpengaruh oleh sikap pemerintah Amerika yang kerap menekan warga yang memiliki wajah "kearab-araban" pasca 9/11 2001.

Film ini di buka dengan monolog Clive Owen yang berperan sebagai Dalton Russel pemimpin perampokan yang misterius.

Dalam monolognya Dalton berujar  yang  artinya kurang lebih menerangkan bahwa dirinya bukan seorang martir, dan ia melakukan perampokan itu memang demi uang.

Tetapi ia mencuri uang tersebut dari seseorang yang kini sangat dihormati karena kekayaannya, padahal harta dan kehormatannya tersebut berasal dari laku lancung yang mencederai kemanusian.

Dalam adegan-adegan selanjutnya dalam film tersebut laku lancung yang mencederai kemanusian akan terkuak, ternyata Arthur Case yang diperankan oleh Christopher Plummer pemilik Manhattan Trust Bank, membangun kerajaan bisnis keuangannya dari uang haram yang berasal dari merampas kekayaan seorang Yahudi kaya saat holocaust terjadi pada tahun 1940-an.

Yang menarik, selepas Dalton bermonolog ilustrasi musiknya menggunakan lagu Chaya-Chaya asal India yang dulu sempat membuat tenar anggota Brimob Norman Kamaru.

Perampokannya sendiri digambarkan dalam film tersebut cukup cerdas untuk tidak terungkap oleh pihak kepolisian.

Padahal semuanya terpampang jelas didepan mereka, mungkin istilahnya "bersembunyi ditempat yang terang"

Dua detektif NYPD, Keith Frazier yang diperankan dengan sangat apik oleh Denzel Washington dan detektif Bill Mitchel yang dimainkan oleh Chiwetel Ejiofor yang memimpin penangaan drama perampokan ini dibuat bingung, siapa sebenarnya yang melakukan perampokan ini.

Karena saat para perampok itu berhasil menduduki bank tersebut  seluruh sanderanya dipaksa oleh kawanan perampok tersebut untuk berpakaian serupa dan mukanya ditutupi masker yang sama juga dengan para perampok.

Alur cerita yang maju mundur, membuat film ini benar-benar tricky sekaligus sangat menarik untuk disaksikan.

Di pertengahan film, Arthur Case meminta Madeliene White yang diperankan dengan cerdas oleh Jodie Foster untuk bernegosiasi dengan Dalton agar tak mengganggu "rahasianya" yang tersimpam dalam salah satu safe deposit boks di bank tersebut.

Namun, upaya itu tak menemui hasil, Dalton hanya memperlihatkan selembar catatan pada White bahwa Arthur Case tak lebih dari salah satu penjahat yang tengah menutupi jejaknya.

Dalton Russel sepertinya benar-benar merancang perampokan tersebut dengan sangat detil dan penuh perhitungan, bahkan membuat Kepolisian New York tak mampu mengklasifikasikan perampokan tersebut sebagai sebuah kejahatan besar.

Karena tak ada sepeser pun uang yang hilang dari bank tersebut, yang hilang hanyalah sekantong berlian dengan nilai fantastis tetapi tak mungkin dilaporkan pemiliknya lantaran berkaitan dengan kejahatan yang pernah dilakukan oleh pemiliknya.

Seluruh insiden yang terjadi dalam perampokan tersebut hanyalah sebuah drama belaka, bahkan senjata yang digunakan oleh para perampok itu hanyalah senjata mainan.

Ketika perampokan itu berhasil diakhiri oleh kepolisian, tak ada satupun perampok yang berhasil diidentifikasi oleh polisi.

Detektif Frazier dalam satu dialognya, mengungkapkan bahwa seluruh orang yang ada di lokasi kejadian termasuk didalamnya kawanan perampok tersebut memiliki alibi yang kuat dan alibinya tersebut dikuatkan satu sama lain oleh para sandera.

Dan diakhir cerita, Dalton Russel keluar dari pintu depan bank tersebut dengan tenang sambil menggondol berlian.

Ini film keren banget, kok bisa yah membuat film dengan script sekuat dan sekeren itu. Dan pemilihan pemerannya pun pas banget.

Ini mungkin bisa menjadi tontotan wajib bagi mereka penyuka genre film crime.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun