Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Barcelona Nasibmu Kini, Terdampar di Liga Europa, Terpuruk di La Liga

9 Desember 2021   07:46 Diperbarui: 9 Desember 2021   13:12 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekalahan Barcelona oleh Bayern Munchen dengan skor cukup telak 0-3 dalam lanjutan pertandingan fase grup Liga Champions Kamis (09/21/21) dini hari waktu Indonesia membuat klub asal Catalan ini tersingkir dari kasta tertinggi Liga di Eropa.

Kini Blaugrana hanya berhak bermain di Liga Europa saja, skuad Xavi Hernandes berada di peringkat ke-3 Grup E dengan tujuh poin.

Mereka harus merelakan posisi kedua sekaligus lolos ke fase knock out Liga Champions dimiliki oleh tim asal Portugal, Benfica yang pada saat bersamaan mampu menaklukan klub asal Rusia Dynamo Kiev 2-0, yang di klasemen akhir Grup E menjadi juru kunci.

Sungguh tragis memang nasib Barcelona musim 2021/2022 ini, empat hari sebelumnya dalam lanjutan pertandingan Liga Spanyol, Barcelona harus kalah dari tim semenjana Real Betis dengan skor 0-1 alhasil mereka terdampar di posisi 7 dengan raihan 23 poin dari 15 pertandingan hasil dari 6 kemenangan, 5 imbang dan 4 kali kalah.

Tersingkirnya Barcelona di fase grup Liga Champions, merupakan kali pertama paling tidak dalam 2 dekade terakhir.

Barcelona, dalam beberapa tahun belakangan prestasinya memang tengah dalam trend penurunan, meskipun masih memenangi La Liga musim 2018 dan 2019 serta Copa del Rey , Blaugrana terlihat sedang tidak baik-baik saja.

Prestasi di kancah Eropa bisa lah disebut bobrok lantaran berulang kali mereka harus disingkirkan lawan-lawannya dengan skor telak.

Tentunya kita masih ingat, dua musim lalu Bayern Munchen dengan kejam membantai Barca 8-2.

Namun demikian, tersingkir di fase grup dan terdampar di kasta kedua liga di Benua Biru menjadi puncak keterpurukan Barcelona.

Kondisi ini adalah hasil dari kekisruhan akibat krisis finansial berat yang  dialami oleh The Blaugrana. 

Karena masalah ini pula ikon klub dan pemain paling pentingnya, Lionel Messi harus hengkang ke klub asal Perancis Paris Saint Germain.

Krisis keuangan Barca awalnya akibat terdampak pandemi Covid-19, namun seiring berjalannya waktu penyebab krisis keuangan tersebut mulai terkuak, bukan hanya karena pandemi tetapi akibat kesalahan manajemen sebelumnya yang dipimpin oleh Joseph Bartomeu.

Bartomeu dianggap tak mengelola Barca dengan good governance yang baik cenderung asal-asalan.

Orientasi Bartomeu menurut sejumlah media daring, semata-mata mempertahankan kedudukannya di Barca dengan segala cara.

Termasuk berhutang dalam jumlah cukup besar untuk pembelian pemain bintang dari klub lain. Ia pun tak segan memberikan kontrak dan gaji besar kepada sejumlah pemain Blaugrana agar tetap bertahan.

Selain itu proyek ambisius pembangunan stadion baru Espai Barca juga memiliki andil besar dalam krisis finansial di Barca.

Manajemen ugal-ugalan seperti ini, pada akhirnya tak membawa Barcelona kemanapun kecuali dalam keterpurukan yang dampaknya langsung menghantam sisi prestasi klub kebanggaan masyarakat Catalan ini.

Pergantian pelatih dari Ronald Koeman oleh Xavi Hernandes pun belum mampu memperbaiki keterpurukan Barca.

Setelah Bartemou mundur, CEO baru Barcelona Ferran Reverter menyebutkan bahwa net asset Barcelona menurut laporan keuangan kuartal pertama 2021  adalah negatif.

Ia beranalogi, jika Barcelona sebuah perusahaan terbuka,  seharusnya sudah sejak dulu bubar akibat carut marut kondisi keuangannya.

Utang yang saat ini harus ditanggung Klub, sebesar US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 16 triliun, bahkan untuk menggaji pemain pun Barca harus meminjam pada bank sebesar US$ 100 juta atau Rp 1,4 triliun.

Penghasilan klub, lebih sedikit dibandingkan kewajiban membayar beban gaji pemain yang sebesar 650 juta Euro atau Rp 9,75 triliun.

Manajemen baru harus berakrobat untuk mengakali kondisi ini, akibatnya ya Messi dilepas pembelian pemain sebisa mungkin gratisan dengan gaji yang tak terlalu besar.

Padahal sebelumnya kita tahu Barcelona adalah klub gemerlap dengan dana nyaris tak terbatas. Hingga tahun 2016 Barcelona masih jadi kiblat sepakbola Eropa bahkan dunia dengan segudang prestasi dengan permainan yang benar-benar ciamik.

Gaya permainan tiki taka Barca era Pep Guardiola jadi panutan banyak klub di dunia, saat itu ga asek sebuah klub kalau ga bertiki taka.

Namun, lihat sekarang manajemen klub yang buruk membawa klub sebesar Barcelona harus terpuruk. Seharusnya mereka bisa belajar pada klub -klub Eropa yang mampu mengelola keuangan klubnya secara propered seperti Bayern Munchen atau Arsenal misalnya.

Secara bisnis mereka oke banget, prestasi kemudian akan menyusul. Munchen contohnya mereka masih sangat dominan prestasinya dan stabil.

Hal ini bisa terjadi lantaran, cara manajemen Bayern Munchen menjalankan bisnisnya berbeda dengan cara Barcelona menjalankan bisnis klubnya.

Tak ada cara lain bagi Barcelona untuk kembali bangkit dan berprestasi, kecuali membenahi terlebih dahulu manajemen bisnis mereka.

Ya konsekuensinya, paling tidak dalam 2 atau 3 musim ke depan prestasi Barca sepertinya akan so so aja alias B aja dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun