Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Potensi "Politik Gentong Babi" Andai Menteri Jadi Capres

11 November 2021   12:14 Diperbarui: 11 November 2021   12:32 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena jika kita mengacu pada berbagai sudut pandang ilmu politik, Pork Barrel Politic ini bisa berdampak serius, laku politik seperti ini akan membuat pemilih rasional perilakunya tergerus, mereka akan mempertimbangkan pilihannya atas dasar untung rugi dri aspek materi.

Padahal ketika kita memilih seseorang untuk menjadi pemimpin sejatinya yang harus dilihat rekam jejaknya, integritas, kapabilitas dan kebijakan-kebijakan yang diambilnya saat ia bekerja untuk negara.

Kemudian persaingan antar kandidat menjadi tak setara, level at playing field-nya menjadi hilang. Kandidat yang memiliki akses besar terhadap sumber daya negara, menjadi sulit disaingi oleh kandidat lain.

Lantas, bagaimana cara membuat "perlombaan" ini menjadi menarik, berkeadilan, dan jujur? Salah satunya ya aturan dan pengawasannya yang harus lebih diperkuat, serta jangan lupa literasi politik masyarakat harus ditingkatkan.

Dengan demikian, praktik politik gentong babi ini bisa dieliminir seminimal mungkin, meskipun itu bukan perkara mudah. tapi ya paling tidak ancaman dari praktik politik gentong babi lambat laun tergerus apabila ada keaktifan masyarakat untuk mau menolak dan menentangnya. 

Ini sebuah alur logika yang sederhana, namun sulit untuk diterapkan. Kesadaran politik masyarakat yang sudah baik sudah seharusnya dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan demi terciptanya kehidupan demokrasi yang lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun