Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Perjalanan Kisah Gincu Meronai Zaman

18 September 2021   14:16 Diperbarui: 18 September 2021   14:43 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Give the woman the right lipstick and she conquer the world"

Itulah ungkapan  cukup terkenal yang menggambarkan betapa powerfull-nya lipstik bagi perempuan.

Lipstik berada di aras paling atas dari semua alat-alat make-up bagi wanita modern, mereka bisa saja keluar rumah tanpa blush-on atau eye liner tapi tidak dengan lipstik.

Lipstik menjadi syarat minimal bagi mereka saat beranjak dari rumah untuk memulai aktivitas setiap harinya.

Lipstik seolah menjadi kebutuhan pokok bagi perempuan terutama yang berwarna merah menyala, ia bukan hanya  sekedar sebuah komestik untuk mempercantik bibirnya menjadi lebih enak dipandang atau sebagai mood booster bagi  kepercayaan diri seorang perempuan

Lebih dari itu, lipstik hingga titik tertentu menjadi sebuah simbol ketegaran dan kekuatan perempuan yang tak dimiliki oleh pria.

Jika menilik sejarahnya seperti dilansir  majalah mode Vogue "Red Lipstick" di awal abad ke-20 menjadi simbol pergerakan perempuan Amerika Serikat saat mereka menuntut persamaan hak politik untuk memilih dan memiliki properti. 

Para perempuan yang aktif mengkampanyekan gerakan yang disebut "Suffragate Campaign" ini dalam setiap aksinya seragam memoles bibir mereka dengan lipstik merah menyala.

Kenapa merah menyala, karena meskipun terkesan feminin warna merah melambangkan kekuatan dan determinasi dalam mencapai tujuan.

Diakui atau tidak kaum pria acapkali tergagap ketika harus menghadapi perempuan yang berpenampilan "chic" dengan bibir yang dipoles lipstik merah menyala.

Mungkin kita masih ingat bagaimana potret Marilyn Monroe yang fenomenal, bibirnya yang setengah membuka, merekah berbalut lipstik merah menyala, memesona hampir setiap pria yang ada di muka bumi ini.

Kumparan.com
Kumparan.com
Padahal, apabila ditarik jauh kebelakang dimasa-masa awal penemuan perona bibir ini seperti dilansir Historia.id lipstik atau gincu tak merujuk pada jenis kelamin tertentu, tetapi menjadi pembeda status sosial.

Sebelum saya melanjutkan artikel ini, kenapa diawal tulisan ini saya lebih sering menggunakan kata "lipstik" dibanding kata "gincu" yang lebih indonesia dan terkesan sexy serta eksotis?

Ternyata menurut sejumlah sumber bacaan yang saya dapatkan untuk menulis artikel ini, meskipun secara harfiah dan kegunaan sama-sama sebagai perona bibir makna lipstik dan gincu itu serupa atau bersinonim.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gin*cu n 1 pewarna bibir; lipstik; 2 bahan pewarna (untuk kue-kue dan sebagainya);

Tetapi secara esensial lipstik dan gincu itu berbeda. Gincu lebih dikenal menggunakan bahan-bahan alami semisal untuk mendapatkan warna merah orang-orang pada zaman dulu memanfaatkan warna -warna yang berasal dari tumbuhan.

Sementara lipstik, menggunakan bahan sintetis hasil olahan teknologi canggih dan diproses sepenuhnya dengan menggunakan mesin sehingga bisa menghasil begitu banyak warna dengan cepat.

Terlepas dari perbedaan esensi tersebut, yang kita kenal hingga saat ini gincu ya lipstik, lipstik ya gincu juga.

Yang jelas gincu merupakan ikon mistik kewanitaan yang keberadaannya hampir setua peradaban manusia. 

Gincu pertama kali keberadaannya tercatat dalam sejarah menurut sebuah jurnal yang ditulis oleh Sarah Schaffer dan dirilis oleh DASH Harvard Amerika Serikat dengan judul "Reading Our Lips: The History of Lipstick Regulation in Western Seats of Power"  Gincu mulai meronai dunia sekitar tahun 3.500 sebelum masehi (SM).

Adalah Ratu Shub-Ad atau lebih dikenal dengan nama Ratu Schub dari Ur kuno, salah satu kota terpenting pada masa Sumeria di Mesopotmia Selatan.

Ia saat itu menggunakan pewarna bibir dari bahan dasar timah putih dicampur dengan batu bata merah yang telah dihaluskan. Dan saat itu tak hanya perempuan yang menggunakannya tetapi juga pria.

Seiring pekembangan waktu, budaya penggunaan pewarna bibir sampai ke wilayah mesir dan Yunani, hingga kemudian menyebar ke wilayah Romawi.

Di Mesir gincu ini menunjukan status sosial seseorang, dalam keseharian laki-laki dan perempuan memakainya, agar tahan lama sentuhan akhir resin dan karet digunakan oleh mereka.

Pada masa ini, pilihan warna gincu mulai beragam dari warna oranye, magenta bahkan hingga warna biru kehitaman, meskipum tetap saja warna merah masih mendominasi warna gincu.

Nah dimasa ini konon katanya"The famous" Cleopatra yang hidup pada masa 50 SM di Mesir menggunakan warna kemerahan  "carmine" sebagai perona bibirnya.

Carmine ini dihasilkan dari ekstrak kumbang Chocineal yang suka memakan tumbuhan kaktus berwarna merah dan mengeluarkan cairan berwarna merah pekat, cairan inilah yang kemudian dikenal bernama carmine.

Untuk mendapatkannya, kumbang tersebut direbus dan dikeringkang lantas ditumbuk hingga benar-benar halus.

Teknik pembuatan gincu seperti ini masih digunakan hingga saat ini meskipun dilakukan dengan menggunakan mesin.

Sementara gebyar gincu di Mesit mulai menurun, di Wilayah Yunani penggunaan pewarna bibir semakin marak dan menyebar.

Berbeda dengan di Mesir, dalam penggunaanya di wilayah Yunani terjadi pergeseran pola sosial dan hukum, para pemakai pewarna bibir pada perempuan diasosiasikan sebagai pelacur.

Dalam hukum Yunani saat itu, pelacur yang tak menggunakan gincu dan keluar di jam yang salah seperti yang telah ditetapkan akan dikenai hukuman lantara dianggap menyamar sebagai perempuan biasa.

Namun, meskipun masah dalam wilayah Yunani bangsa Minoan yang berada di daerah Kreta dan Thera memandang penggunaan gincu secara lebih terbuka.

Hal ini terekam dalam lukisan dinding yang menunjukan perempuan dengan bibir berwarna merah terlihat tampak menonjol. Mereka mendapatkan warna merahnya dari kelenjar kerang murex.

Masa berubah, waktu pun berjalan akhirnya budaya pewarnaan bibir mulai merangsek ke dalam budaya arus utama Yunani Klasik.

Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan kotak tertutup tempat penyimpanan kosmetik yang disebut Pyxides. Bahan pewarna yang digunakan pada gincu di zaman ini berasal dari zat-zat nabati seperti buah murbei, rumput laut atau dari berbagai akar tanaman.

Setelah masa Yunani mulai memudar, Romawi saat Kaisar Nero berkuasa, peran gincu mulai meningkat secara sosial. 

Permasurinya Ratu Poppaea Sabina menggunakan pewarna bibir berwarna keunguan yang terbuat biji besi, oker dan alga berwarna coklat yang disebut fucus.

Untuk menjaga penampilan gincu dan penampilannya agar terlihat tetap sedap dipandang mata konon katanya Ratu Peppea ini mengerahkan 100 orang dayang-dayangnya.

Kondisi sosial terkait gincu di Romawi ini terus bertahan dan penggunaannya meluas ke hampir seluruh Eropa hingga abad pertengahan, apalagi setelah bahan gincu berbentuk padat ditemukan oleh seorang dokter yang juga seorang fisikawan Islam Abu al Qasim al Zahrawi pada sekitar tahun akhir tahun 900-an masehi.

Dia menuliskan temuannya tersebut dalam ensiklopedia medis Al Tasreef. Cikal bakal bentuk lipstik seperti yang kita kenal saat ini dirujuk dari sebuah stik wangi dan berminyak ini disebut adhan yang digunakan untuk pengobatan dan kecantikan.

Sayangnya ketika Eropa memasuki abad pertengahan, masa dimana gereja begitu berkuasa gincu dilarang keras untuk digunakan.

Siapapun yaang memiliki bibir berwarna dianggap sebagai pelaku ritual pemujaan setan, kondisi ini membuat kalangan elit Eropa saar itu tak ada yang berani memakai gincu.

Penggunaan pewarna bibir hanya ada dikalangan strata sosial rendah, itu pun mereka menggunakannya secara sembunyi-sembunyi.

Keadaan berbalik 180 derajat setelah pada Tahun 1600-an saat Ratu Inggris, Elizabeth I kembali mempopulerkan gincu terutama yang berona merah.

Ia memadu padankan bibir merahnya dengan muka putih yang terkesan dingin. Pewarna yang digunakan saat itu adalah tanaman merah yang dipadatkan dengan menggunakan lilin lebah.

Status sosial gincu kembali meroket, hanya kaum elite, borjuis dan para sosialita yang berhak menggunakan pewarna bibir ini.

Mulai dari sini gincu, perkembangannya cukup pesat dan mulai menyebar ke hampir seluruh pelosok dunia.

Dan perkembangan teknologi pembuatan perona bibir semakin dikenal luas oleh masyarakat. Meskipun bentuknya sudah padat seperti saat ini, tetapi masih dikemas dalam kertas.

Kemudian di tahun 1880an, ketika Lipstik mulai merambah Amerika Serikat ditemukanlah aplikasi penggunaan lipstik dengan menggunakan kuas.

Sarah Bernhardt seorang aktris panggung AS menjadi orang pertama di AS yang menggunakan lipstik di muka umum.

Di era ini lipstik mulai di produksi untuk kebutuhan komersial, Guerin perusahaan komestik Perancis yang kita kenal sebagai produsen minyak wangi berlabel Samsara merupakan produsen pertama yang memproduksi lipstik secara komersial pada tahun 1884.

Saat itu kemasan lipstik masih terbuat dari kertas dan belum seperti bentuk kemasan lipstik yang kita kenal sekarang.

Terdapat 2 evolusi penting untuk mencapai kemasan lipstik seperti saat ini. Evolusi pertama ada tahun 1915 lipstik dalam wadah silinder terbuat dari logam diciptakan oleh Maurice Levy dari perusahaan manufaktur Scovil.

Silinder logam ini memiliki tuas mini yang bisa digunakan untuk menaik turunkan gincu yang telah dipadatkan. Benda ini ia namakan "Tabung Levy".

Evolusi kedua hingga lipstik wadahnya seperti saat ini adalah jasa dari James Bruce Mason Jr seorang inventor asal Nashville Tennesse AS, ialah yang menemukan wadah silender putar sehingga lipstik padat bisa dinaikan dan diturunkan.

Setelah itu, lipstik sebagai sebuah alat kecantikan terus disempurnakan dengan beragam sisi. Seoraang kimiawan Perancis bernama Paul Bradercoux menciptakan lipstik yang ia sebut Rogue Baiser yang artinya bukti ciuman.

Namun sayangnya lipstik yang diharapkan bisa bertahan lama sehingga bisa memberi bukti ciuman itu, ternyata benar-benat susah dihilangkan bahkan dari bibir penggunanya, sehingga produk lipstik ini ditarik dari pasaran.

Kemudian produsen kosmetik terkemuka asal AS Max Factor menciptakaan lipgloss sebagai turunan dari lipstik, yang memiliki fungsi untuk melembabkan bibir dengan warna yang sangat light.

Muncul, lagi lipstik tahan lama namun tak beleberan (non-smearing) yang diciptakan oleh Hazel Gladys Bishop.

Ada lagi lipstik Elizabeth Taylor dengan warna khasnya merah gelap, lIpstik berwarna putih yang dipopulerkan oleh grup musik Ronnete and Shirreles pada tahun 1960.

Tahun 1970an muncul lagi kreasi baru lipstik bernuansa gotik dan punk yang berwarna hitam. Tak berhenti disitu lipstik pun diberi rasa atau disebut lip ssmackers pada tahun 1973.

Era 1990an lipstik bernuansa mengkilat metalik terkesan futuristik mulai dijual ke publik. 

Tahun 2000an ditandai dengan keluarnya produk lipstik berjenis Tint yang terbuat dari air dan gel sehingga memberikan efek bibir terlihat lebih kering meski tetap tahan lama.

Dan ditahun 2015an lipstik jenis matte yang warnanya terkesan dop tak mengkilat menjadi tren. 

Bentuk variasi kemasan gincu saat ini lebih beragam lagi, selain bentuk batang ada juga bentuk pasta, pensil bahkan berbentuk seperti crayon.

Merk dan harganya pun beragam, di Indonesia menurut data dari Kementerian Perindustrian terdapat 760 produsen kosmetik termasuk produksi lipstik di dalamnya yang tersebar dihampir seluruh wilayah Indonesia.

Industri ini menyerap 75.000 pekerja produksi dan 600.000 pekerja tidak langsung seperti beauty advisor dan para make-up artis.

Lipstik atau gincu memang tak akan pernah lekang oleh jaman ronanya akan terus mewarnai dunia, tak ada wanita dewasa yang sanggup hidup tanpanya.. seperti kata penyanyi kondang Nicky Minaj.

"I can't see myself without pink lipstick, i can go without it for a couple days. But if there no more pink lipstick in the world, I'de be useless."

n 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun