Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Met Gala, Haute Couture dan Industri Fesyen Dunia

16 September 2021   14:12 Diperbarui: 16 September 2021   20:38 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Costume of Institute atau biasa disebut Met Gala ini adalah gelaran fesyen akbar yang menurut majalah mode Vogue disebut sebagai Oscar-nya dunia fesyen, gaungnya menarik perhatian publik.

Bagaimana tidak menarik, ketika sebuah perhelatan dikemas secara glamor mempertemukan maha karya para desainer, model-model papan atas serta para bintang Hollywood yang berpenampilan mewah.

Met Gala yang diselenggarakan setiap tahun ini, merupakan sebuah perayaan sekaligus acara penggalangan dana bagi The Metropolitan Museum of Art's Costume Institute New York Amerika Serikat.

Sempat absen pada tahun 2020 lantaran Pandemi Covid-19, Met Gala kembali digelar tahun ini pada Senin 13 September 2021, Penyelenggaraan ajang terakbar fesyen ini selalu dilaksanakan setiap Senin kedua bulan September setiap tahunnya.

Met Gala memang sebuah perhelatan extravaganza yang menyedot begitu banyak perhatian publik sehingga bisa disebut sebagai salah satu fenomena budaya pop dunia.

Pesta ini sangat eksklusif hanya bisa dihadiri orang-orang terpilih yang diundang. Jika pun ingin hadir, seseorang harus menebus tiketnya dengan harga yang sangat mahal, seharga mobil Toyota Innova, itu pun tak setiap orang berhak membelinya.

Intinya pesta ini diperuntukan bagi la creame de la creame society.

Met Gala sendiri seperti dilansir Architecturaldigest.com mulai diselenggarakan pada tahun 1948 yang dinisiasi oleh founder Dewan Perancang  Eleanor Lambert.

Saat itu hingga tahun 1971 jamuan makan malam tersebut selalu dilaksanakan setiap bulan Desember di Hotel legendaris nan mewah Waldorf Astoria, Central Park New York.

Perhelatan ini kemudian berkembang semakin besar saat mereka merangkul Pemimpin Redaksi Majalah mode dunia Vogue, Diana Vreeland sebagai konsultan khusus pada Met Gala 1973.

Vreeland mulai merangkul budaya pop dan para selebritis papan atas dunia, mulai dari bintang film hingga para politisi.

Daftar tamu mulai diseleksi sangat ketat, nama-nama seperti Andy Warhol, Diane Rose dsn Cher hadir berdampingan dengan istri-istri pejabat dan  politisi antara lain Jacqueline Kennedy serta Henry Kissinger yang saat itu menjabat Menteri Luar Negeri AS.

Selain itu Vreeland inilah yang memungkinkan rancangan-rancangan busana unik digunakan oleh para undangan yang menghadiri Met Gala.

Evolusi terus terjadi dalam hajatan ini, 1995 ketika Anna Wintour yang menjadi Pemred Vogue saat itu kembali memperluas cakupan daftar tamunya , para atlet dan model diundang untuk duduk berdampingan dengan para artis dan selebritas lainnya.

Selain itu hiburan tambahan yang diisi oleh para penyanyi terkenal semacam Lady Gaga, Rihanna, Kanye West dan Bruno Mars mulai diperkenalkan.

Alhasil gaung hajatan Met Gala ini semakin keras terdengar secara global, tradisi tersebut terus dipertahankan hingga kini, seiring perkembangan jaman dan teknologi daftar tamu pun semakin panjang, tetapi aturan pun dibuat lebih ketat lagi terutama saat media sosial semakin banyak digunakan.

Pada tahun 2015 seluruh undangan yang hadir dilarang untuk memposting kehadirannya di Met Gala di media sosial milik mereka.

Meskipun ada saja yang kemudian mencuri kesempatan dengan melakukan Selfie saat acara tersebut berlangsung. 

Untuk menyikapi hal tersebut Vogue kemudian menyiapkan semacam karpet merah  bagi para tamu undangan untuk berfoto seperti yang kita lihat kemarin.

Dibalik semua extravaganza dengan segala gimmick-nya itu sebenarnya Met Gala itu adalah sebauh perhelatan tentang mode dan fesyen yang memiliki tema berbeda setiap tahunnya.

Para desainer kelas dunia berlomba mendandani para selebritas dengan rancangan fesyen yang unik sampai terkadang nyeleneh.

Tentu saja yang dihadirkan bukan fesyen produk massal atau ready to wear, tetapi jenis rancangan yang di dunia mode disebut  Couture fashion.

Sebenarnya ada istilah lain yang selama ini banyak digunakan dalam dunia mode kelas atas yakni "Haute Couture" yang diterjemahkan secara sederhana dalam bahasa Indonesia sebagai "Adi Busana"  padahal yang cocok untuk terminologi adi busana itu "Coutere Fashion" bukan Haute Couture

Seperti dilansir Sewndesign.com.  Coutere adalah proses pembuatan pakaian oleh desainer dengan proses fitting dan pemilihan detail yang melibatkan klien.

Sementara Haute Culture adalah sebuah proses pelabelan yang diberikan Chambre Syndicale de la Haute Couture yang ada di Perancis terhadap sebuah rancangan pakaian, yang dalam istilah fesyen dikenal dengan "Appeletion Controle"

Jadi setiap Haute Couture itu sudah pasti Couture fashion, tetapi tak setiap Couture Fashion itu berhak diberi label Haute Couture.

Hal ini berarti tak semua desainer dan rumah mode bisa menyematkan "Haute Couture" sebagai bagian nama label dalam rancangan pakaiannya.

Hanya mereka yang telah memenuhi syarat dan lulus uji dari Chambre Syndicale de la Haute Couture Perancis tadi yang berhak memakai istilah Haute Couture.

Anggota resmi Haute Coutere secara tahunan direvisi, biasanya lewat ajang Paris Couture Week.

Untuk tahun 2019, nama-nama rumah mode kondang  seperti Channel, Christian Dior, Givenchy,  Jean Paul Gaultier, dan Maison Margiela yang jasanya kerap digunakan oleh para selebritis untuk merancang pakaiannya ada dalam daftar anggota tetap yang berhak menyandang nama Haute Couture.

Selain mereka ada anggota tidak tetap, seperti Rumah Mode Giambatistta Valli, Alexandre Vauthier, Adeline Andre dan beberapa Rumah Mode lainnya.

Lebih lanjut, ada juga anggota koresponden yang merupakan rumah mode yang berbasis di luar Perancis tetapi juga kerap mengikuti ajang Paris Couture Week seperti Versace, Fendi Couture, Valentino, Elie Saab, Giorgio Armani Prive serta Viktor & Rolf.

Di luar itu, ada juga anggota tamu yang merupakan rumah mode yang keanggotaannya tengah dalam proses uji coba, seperti  Balmain Couture, Ralph & Russo, Guo Pei, dan Iris Van Harpen.

Apakah fesyen yang digunakan para pesohor dalam Met Gala seperti yang kita saksikan di berbagai media ini termasuk dalam kategori "Haute Couture".

Melansir Vogue sebagian besar dari undangan yang hadir dalam acara Met Gala mengenakan pakaian yang masuk dalam kategori haute couture.

Membuat sebuah rancangan pakaian haute couture itu sangat rumit, karena kompleksitas dan banyaknya detil serta proses fitting yang harus presisi sehingga membuat satu rancangan baju haute couture membutuhkan waktu pengerjaan hingga ribuan jam.

Pembuatan baju indah karya Donatella Versace yang dikenakan oleh Rapper asal Amerika Li Nas X dalam Met Gala 2021 kemarin membutuhkan waktu hingga 1 tahun.

Cnnindonesia.com
Cnnindonesia.com
Li Nas tampil dengan busana "matroyhiska doll" yang fenomenal, sebagai tampilan awal Nas memakai jubah berekor yanv berwarna emas. Jubah besar itu penuh detil ornamen beads yang membentuk bunga mawar.

Ternyata, setelah melepas jubahnya Nas tampil dengan golden suit of armor yang juga menyerupai baju zirah untuk berperang lengkap dengan bentuk perut six pack-nya.

Pertunjukkan Nas belum selesai. Di bawah kostum super heronya, dia masih menyimpan kejutan. Usai melepas baju zirah emasnya, dia memakai bodysuit emas dengan lining hitam. Body suit ini dilapisi dengan kristal dan print ikonik Versace.

Haute couture ini nyaris seluruhnya dikerjakan dengan tangan alias handmade.

Haute couture memang sebuah karya craftmanship yang adi luhung, yang terkadang sulit untuk dibandrol harga tertentu.

Haute couture lebih dari sekedar uang dan keuntungan, ia seperti sebuah laboratorium fesyen dimana tidak ada ide yang terlalu gila, terlalu aneh atau terlalu sulit.

Para perancang dan timnya biasanya bereksperimen dengan material, potongan, siluet, dan kreativitas yang memerlukan waktu dan pertinbangan matang saat menatahnya menjadi sebuah haute couture yang indah dan aneh.

Satu kali Channel pernah menciptakan payet berbahan beton, kayu, dan kertas. Franck Sorbier menciptakan gaun yang bisa berubah warna mirip bunglon dengan menggabung proyektor dan bodice dalam gaun tersebut.

Hingga titik tertentu, haute couture mirip dengan mobil formula 1 yang membangun prestise dan teknologi bagi pemilik mereknya untuk kemudian mengambil keuntungan dari lini produksi massalnya.

Haute couture show seperti Met Gala biasanya memiki prestise yang sangat tinggi dengan publikasi besar-besaran hal ini lah yang kemudian menjadi strategi bisnis yang spesifik agar bisa mendongkrak penjualan produk dari busana ready to wear dan komestik hingga perabotan rumah tangga milik rumah mode tersebut.

Itu lah industri fesyen mereka seolah menjual mimpi melalui rancangan-rancangan yang saking kreatifnya busana tersebut menjadi aneh.

Disisi lain dengan rancangannya tersebut mereka merenggut kita semua untuk menjadi bagian dari mereka melalui lini baju-baju siap pakai, parfume dan kosmetik agar kita ikut merasakan kemewahan tersebut.

Ingat industri fesyen dunia itu kapasitasnya luar biasa besar, menurut situs statista.com pendapatan global industri ini pada tahun 2020 sebesar Rp 21.170 triliun melebihi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mencapai Rp. 15.434 triliun.

Haute Couture digambarkan oleh Karl Lagerfeld grand couturier  kelas wahid dunia sebagai sebuah pulau penuh mimpi dan pembebasan. Ini merupakan bentuk kemewahan yang lebih dari sekedar fesyen  dan tak berbatas waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun