Sebenarnya ada istilah lain yang selama ini banyak digunakan dalam dunia mode kelas atas yakni "Haute Couture" yang diterjemahkan secara sederhana dalam bahasa Indonesia sebagai "Adi Busana" Â padahal yang cocok untuk terminologi adi busana itu "Coutere Fashion" bukan Haute Couture
Seperti dilansir Sewndesign.com. Â Coutere adalah proses pembuatan pakaian oleh desainer dengan proses fitting dan pemilihan detail yang melibatkan klien.
Sementara Haute Culture adalah sebuah proses pelabelan yang diberikan Chambre Syndicale de la Haute Couture yang ada di Perancis terhadap sebuah rancangan pakaian, yang dalam istilah fesyen dikenal dengan "Appeletion Controle"
Jadi setiap Haute Couture itu sudah pasti Couture fashion, tetapi tak setiap Couture Fashion itu berhak diberi label Haute Couture.
Hal ini berarti tak semua desainer dan rumah mode bisa menyematkan "Haute Couture" sebagai bagian nama label dalam rancangan pakaiannya.
Hanya mereka yang telah memenuhi syarat dan lulus uji dari Chambre Syndicale de la Haute Couture Perancis tadi yang berhak memakai istilah Haute Couture.
Anggota resmi Haute Coutere secara tahunan direvisi, biasanya lewat ajang Paris Couture Week.
Untuk tahun 2019, nama-nama rumah mode kondang  seperti Channel, Christian Dior, Givenchy,  Jean Paul Gaultier, dan Maison Margiela yang jasanya kerap digunakan oleh para selebritis untuk merancang pakaiannya ada dalam daftar anggota tetap yang berhak menyandang nama Haute Couture.
Selain mereka ada anggota tidak tetap, seperti Rumah Mode Giambatistta Valli, Alexandre Vauthier, Adeline Andre dan beberapa Rumah Mode lainnya.
Lebih lanjut, ada juga anggota koresponden yang merupakan rumah mode yang berbasis di luar Perancis tetapi juga kerap mengikuti ajang Paris Couture Week seperti Versace, Fendi Couture, Valentino, Elie Saab, Giorgio Armani Prive serta Viktor & Rolf.
Di luar itu, ada juga anggota tamu yang merupakan rumah mode yang keanggotaannya tengah dalam proses uji coba, seperti  Balmain Couture, Ralph & Russo, Guo Pei, dan Iris Van Harpen.