Satu kali Channel pernah menciptakan payet berbahan beton, kayu, dan kertas. Franck Sorbier menciptakan gaun yang bisa berubah warna mirip bunglon dengan menggabung proyektor dan bodice dalam gaun tersebut.
Hingga titik tertentu, haute couture mirip dengan mobil formula 1 yang membangun prestise dan teknologi bagi pemilik mereknya untuk kemudian mengambil keuntungan dari lini produksi massalnya.
Haute couture show seperti Met Gala biasanya memiki prestise yang sangat tinggi dengan publikasi besar-besaran hal ini lah yang kemudian menjadi strategi bisnis yang spesifik agar bisa mendongkrak penjualan produk dari busana ready to wear dan komestik hingga perabotan rumah tangga milik rumah mode tersebut.
Itu lah industri fesyen mereka seolah menjual mimpi melalui rancangan-rancangan yang saking kreatifnya busana tersebut menjadi aneh.
Disisi lain dengan rancangannya tersebut mereka merenggut kita semua untuk menjadi bagian dari mereka melalui lini baju-baju siap pakai, parfume dan kosmetik agar kita ikut merasakan kemewahan tersebut.
Ingat industri fesyen dunia itu kapasitasnya luar biasa besar, menurut situs statista.com pendapatan global industri ini pada tahun 2020 sebesar Rp 21.170 triliun melebihi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mencapai Rp. 15.434 triliun.
Haute Couture digambarkan oleh Karl Lagerfeld grand couturier kelas wahid dunia sebagai sebuah pulau penuh mimpi dan pembebasan. Ini merupakan bentuk kemewahan yang lebih dari sekedar fesyen  dan tak berbatas waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H