Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Setelah Moeldoko, Luhut Somasi Aktivis, Kalau Benar Kenapa Harus Takut di Somasi?

30 Agustus 2021   11:55 Diperbarui: 30 Agustus 2021   13:19 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian mereka akan memiliki panggung yang valid untuk menerangkan temua penelitian mereka.

Jika bukti tersebut tak terbantahkan, bisa saja akan membuat Luhut dan Moeldoko mengakui hal tersebut.

Jadi kenapa juga upaya somasi yang dilakukan disebut sebagai sebuah upaya pembungkaman kritik atau arogansi pejabat.

Kalau benar mereka memiliki bukti valid bukan hanya sekedar gosip tak berdasar kenapa harus takut jika somasi dilakukan dan menyebut hal tersebut mengangkangi kebebasan berpendapat.

Kebebasan berpendapat itu juga harus diiringi kebebasan untuk berpikir bahwa orang lain akan menyangkal pendapatan mereka.

Lantas kita juga kan seharusnya mampu membedakan mana kritik mana fitnah, itu kan jelas bedanya.

Kalau kebebasan berpendapat itu bebas sebebas bebasnya ya bisa chaos negeri ini, saya atau siapapun bebas memfitnah siapapun karena tidak suka pada pihak tersebut.

Jadi sekali lagi jika memang benar hasil penelitian tersebut memberi bukti valid keterlibatan Luhut, Moeldoko atau siapapun  ya tinggal pertahankan saja bukti  tersebut seperti yang mereka ucapkan, kenapa harus takut di somasi.

Kan bagus semuanya menjadi jelas.

Namun, jika hal yang dianggap mereka sebagai "kritik dan hasil penelitian" ternyata tak memiliki bukti pendukung yang kuat jangan pula berlindung di balik kebebasan berpendapat, terimalah konsekuensinya.

Lebih baik sih, hati-hati dalam berbicara dan mencuitkan sesuatu di media sosial yang menjadi konsumsi publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun