Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Situasi Ekonomi Afghanistan di Bawah Kendali Taliban Menuju Kegelapan?

23 Agustus 2021   07:02 Diperbarui: 23 Agustus 2021   09:17 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kami memberi bantuan 430 juta euro (sekitar 16 Triliun Rupiah) setiap tahun, dan kami tidak akan memberikan satu sen pun ke Afganistan jika Taliban telah sepenuhnya mengambil alih negara ini dan memperkenalkan hukum Syariah," kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heike Mass seperti dilansir DW.com, Kamis(12/08/21).

Dana Moneter Internasional (IMF) seperti dilansir BBC.com, menghentikan seluruh aliran uang ke Afghanistan baik yang berupa pinjaman maupun berbentuk hibah.

Tadinya akses pinjaman ke Afghanistan akan mulai diberikan oleh IMF pada 23 Agustus 2021 ini dengan nilai fantastis, US$ 370 milyar atau setara Rp. 5.365 triliun.

Kemudian akses terhadap instrumen pembiayaan lain dalam aset Special Drawing Rigth (SDR) yang bisa dikonversi menjadi dana dukungan bagi pemerintah Afghanistan juga telah diblokir.

Negara yang sebagian besar membiayai operasional pemerintahannya dan pembangunan negaranya dari bantuan negara dan lembaga donor, tiba-tiba harus kehilangan hampir seluruh bantuan, alhasil hampir dipastikan perekonomian mereka bakal kolaps atau paling tidak masa kegelapan ekonomi menjelang negeri penuh konflik ini.

Tanpa masalah ini pun, Afghanistan sudah menjadi salah satu negeri termiskin di dunia. Kondisi perekonomian Afghanistan sungguh sangat memprihatinkan, 44 persen penduduknya merupakan petani dengan penghasilan sangat rendah.

Perkembangan sektor swasta juga sangat lambat karena faktor instabilitas keamanan dan politik, pemerintahan yang lemah, infrastruktur yang tak memadai dan masifnya korupsi membuat Afghanistan negara yang tak layak untuk berinvestasi.

Menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam 2 tahun terakhir tak satu pun investor berkenan menanamkan modalnya di Afghanistan.

Menurut laporan Bank Dunia, Ekonomi Afghanistan saat ini bisa bergerak lantaran aktifitas ekonomi ilegal, seperti penyelundupan dan produksi salah satu jenis narkotika, Opium.

Afghanistan merupakan produsen terbesar opium dunia, 84 persen opium dunia berasal dari negeri ini.

Kemudian kegiatan penambangan ilegal, dan penyelundupan berbagai komoditas serta yang terakhir adalah premanisme atau dalam konteks Afghanistan biasanya disebut Warlords yang mengutip uang jago dari siapapun yang berada di wilayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun