Secara detil serangkaian dokumen-dokumen rahasia tersebut memperlihatkan sejak awal perencanaan menyerang Afghanistan, Pemerintahan Bush kurang memiliki visibilitas dalam mendeteksi siapa musuh sebenarnya yang harus dikejar dan siapa kawan di internal Afghanistan yang harus dirangkul.
Lebih jauh, AS pun tak mampu mendeteksi permainan Pakistan yang bermuka dua, disatu sisi memfasilitasi militer AS saat menyerang Afghanistan, tetapi di sisi lain mereka melindungi kelompok Taliban.
Di internal, pemerintah AS sendiri terlihat kurang fokus saat menggarap Afghanistan lantaran dalam jarak yang tak terlalu lama setelah menyerang Afghanistan, Bush kemudian memerintahkan untuk menyerang Irak, beban keuangan dan personil militer AS tiba-tiba menjadi bertambah berat.
Mereka harus mengeluarkan milyaran dollar hanya untuk intelejen belum lagi untuk operasional pasukan dan persenjataan AS yang terkenal mahal.
Akibatnya pengawasan dan data-data statistk yang digunakan untuk mengambil keputusan menjadi tak terkontrol alias banyak yang bodong.
Kondisi bertambah berat setelah para kontraktor keamanan dan persenjataan yang menjadi vendor pasukan AS mengambil kesempatan dari besaran dana raksasa yang digelontorkan Pemerintah AS.
Pemerintah AS yang kemudian mengajak para sekutunya yang tergabung dalam NATO, Â pada dasarnya tak memahami benar situasi di Afghanistan saat itu, alhasil kebijakan pemerintah AS dalam menangani Afghanistan menjadi tak sinkron dengan realitas di lapangan.
Makanya kemudian, meskipun telah mengeluarkan dana hingga triliun dollar diujung penarikan pasukan AS dan NATO pada bulan Agustus 2021 setelah selama 20 tahun menduduki Afghanistan, berakhir tragedi dengan kembalinya Taliban menguasai Negeri yang selama 4 dekade terus berada dalam situasi konflik ini.
Padahal target utama AS saat itu seperti yang tertuang dalam dokumen rahasia ialah mengenyahkan Taliban dari Bumi Afghanistan, hal ini membuktikan AS gagal total.
Namun demikian kurang fair rasanya jika kemudian kondisi yang kita saksikan sekarang ini kesalahannya ditimpakan pada Pemerintah dibawah Administrasi Joe Biden semata.
Memang rencana penarikan pasukan yang sangat pendek ditengah situasi keamanan dalam negeri Afghanistan yang kian memanas setelah Taliban mengusai sejumlah kota besar di wilayah Utara Afghanistan itu satu kesalahan.