Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Taliban "Come Back", Sepeninggal Pasukan AS dan NATO dari Afghanistan

9 Agustus 2021   20:26 Diperbarui: 10 Agustus 2021   08:43 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat-saat akhir penarikan pasukan Amerika Serikat dan negara-negara yang tergabung dalam NATO dari Afghanistan, dimanfaatkan betul oleh pasukan Taliban yang selama ini merongrong pemerintah Afghanistan.

Saat ini, 90 persen pasukan AS telah ditarik dari seluruh wilayah Afghanistan, dan akan mencapai 100 persen pada 31 Agustus 2021, sesuai dengan perintah Peesiden AS  Joe Biden.

Demikian pula dengan pasukan Jerman, bahkan mereka telah menarik pasukannya dari Afghanistan sejak Juni 2021 lalu dan mereka telah menutup Konsulat Jendralnya di Mazar-i-Sharif di wilayah Utara Afghanistan.

Pun dengan pasukan Polandia dan Italia, kedua negara tersebut mengumumkan bahwa mereka telah menarik seluruh pasukannya di Afghanistan sejak Juli 2021 lalu.

Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan yang selama ini menjadi Pangkalan Utama dan pusat operasi pasukan AS dan NATO telah ditutup.

Kondisi ini tentu saja menjadi angin segar bagi Kelompok Taliban, kabar terakhir yang dirilis oleh sejumlah media internasional hingga Senin (09/08/21), Kelompok Taliban telah merebut 5 Ibukota Provinsi di Wilayah Utara Afghanistan.

Seperti dilansir oleh AFP yang mengutip informasi dari pasukan keamanan pemerintah dan warga setempat, wilayah terakhir yang berhasil direbut Taliban ialah Ibukota Provinsi Kunduz di Wilayah Utara Afghanistan.

Sebelumnya, Kelompok yang berbasis di Pakistan ini Kota Sar-e Pul dan Taloqan Ibukota Provinsi Takhar. 

Selain Kunduz, Sar e Pul, dan Taloqan, Taliban terlebih dahulu berhasil menduduki kota-kota di wilayah pinggiran Afghanistan Herat, Laskhar Gah dan Kandahar.

Namun kejatuhan Kunduz ke tangan kelompok Taliban merupakan pukulan terberat bagi Pemerintah Taliban.

Kondisi inilah yang ditakutkan oleh Mantan Presiden AS George W Bush seperti yang dilansir media Jerman, DW ketika pasukan AS dan NATO menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan akhir Agustus ini.

Bush menyebutkan bahwa hengkangnya pasukan AS dan NATO adalah sebuah kesalahan. 

"Saya khawatir perempuan dan gadis Afganistan akan menderita kerugian yang amat buruk," ujarnya.

Bush menambahkan bahwa ia meyakini bahwa kelompok Taliban yang ia sebut sebagai "orang-orang yang sangat brutal", akan melakukan pembantaian terhadap sejumlah orang yang selama ini membantu pasukan AS dan NATO.

Kelompok Taliban dikenal sangat brutal dan kejam terhadap siapapun yang berlawanan dengan ideologinya.

Kelompok Taliban yang dalam bahasa Pastun memiliki arti harfiah "kaum santri", selama ini dicap sebagai gerakan Islam fundamentalis yang bergiat di Afghanistan dengan akar gerakan di Pakistan.

Mereka dikenal memiliki interpretasi hukum syariah Islam sangat ekstrem. Kaum pria diwajibkan menumbuhkan jenggot dan wanitanya wajib menggunakan burqa yang menutupi seluruh tubuhnya.

Kelompok Taliban juga melarang keberadaan musik, film, dan televisi. Mereka juga melarang anak perempuan berusia 10 tahun ke atas untuk bersekolah.

Taliban berkuasa secara resmi di Afghanistan sejak tahun 1996 sampai dengan 2001 sstelah menggulingkan Pemerintahan Mujahiddin yang didukung AS.

Kekuasaan Taliban berakhir setelah pasukan AS dengan didukung sekutunya, NATO membombardir negara yang berbatasan langsung dengan Rusia ini.

Invasi militer AS tersebut membuat kocar-kacir pasukan Taliban, sehingga mereka memilih untuk menyingkir kembali ke Pakistan dan daerah pinggiran Afghanistan.

Harapan AS dengan invasi militer, Kelompok Taliban akan luluh lantak dan habis, faktanya setelah 20 tahun sempat tiarap mereka kembali bangkit setelah pasukan AS dan NATO ditarik.

Saat ini Pemerintah Afghanistan bentukan AS, praktis hanya berkuasa di sekitar wilayah Ibukota Kabul saja.

Melansir BBC.Com, pengaruh Taliban menguat hampir di seluruh Wilayah Utara Afghanistan, Utara ke arah Timur dan Afghanistan Tengah, seperti Gazni dan Maidan Wardak.

Pasukan Taliban menguasai juga wilayah-wilayah selatan Afghanistan seperti Kandahar dan Laskhar Gah.

Menguasai disini berarti Taliban mengontrol seluruh administrasi pemerintahan, markas Kepolisian, institusi-institusi pemerintahan lain.

Kondisi ini diramalkan oleh sejumlah pihak bakal mengulang kembali perang saudara di Afghanistan secara lebih luas.

Konflik ini akan menyeret rakyat Afghanistan pada situasi yang mengerikan, selain perang mereka harus berhadapan dengan potensi kelaparan dan kekurangan air bersih.

Lantaran saat ini 80 persen wilayah Afghanistan tengah menghadapi kekeringan, belum lagi mereka harus menghadapi pandemi Covid-19 yang sudah hampir dapat dipastikan tak akan terkendali.

Menyikapi situasi ini  seperti dilansir DW sebagian masyarakat Afghanistan bersiap untuk meninggalkan negeri itu, mereka mulai mengantre untuk membuat paspor.

"Hidup kami dalam bahaya; kami tidak punya pilihan," kata Sardar, salah satu warga Afghanistan.

Mereka menganggap negara Afghanistan tanah kelahiran dan sumber penghidupan mereka tak lagi layak huni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun