Keduanya berhasil menaklukan unggulan pertama sekaligus penguasa peringkat pertama dunia asal Jepang, tuan rumah Olimpiade 2020, Yuki Fukushima/Hirota Sayaka di penyisihan grup.
Ditinjau dari rekor pertemuan antar kedua pasangan tersebut pun, Greysia/Apriyani kalah jauh dibanding Fukushima/Sayaka, 8 bagi Jepang, 2 bagi Indonesia.
Di cabang lain kita, Â tentu ingat lifter Rahmat Erwin Abdullah di cabor Angkat Besi kelas 73 kg, ia sama sekali tak di unggulkan, masuk 8 besar saja sudah bagus, faktanya ia berhasil meraih perunggu di Olimpiade Tokyo 2020 ini.
Terakhir, kiprah Sprinter Italia Loment Jacobs di nomor lari pendek 100m Olimpiade 2020. Tak diunggulkan sama sekali bahkan namanya pun tak begitu dikenal sebagai sprinter handal dunia.
Faktanya ia berhasil meraih medali emas dan menjadi manusia tercepat di Olimpaide Tokyo 2020.
Dari seluruh contoh diatas, fakta kuantitatif itu berbeda dengan kenyataan di lapangan. Terdapat sejumlah faktor yang mengiringi sebuah kompetisi di level olimpiade.
Faktor mental, determinasi, dan kesiapan bertanding menjadi lebih dominan dan tentu saja ada sedikit keberuntungan berkelindan di dalamnya.
Inilah moment of the truth bagi Greysia Polii/Apriyani Rahayu di final ganda putri bulutangkis Olimpaide Tokyo 2020, berikan saja yang terbaik yang bisa diberikan dalam perebutan emas tersebut.
Perkara hasil, kita lihat saja setelah pertandingan itu selesai, menang itu yang diharapkan, kalah itu fakta lain yang harus diterima tak perlu berkecil hati.
Dan masyarakat Indonesia pun harus memberikan respek setinggi-tingginya pada pasangan ganda putri Indonesia ini, apapun hasilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H