Lantas bagaimana untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi intensitas misinformasi dan disinformasi terkait isu tertentu termasuk informasi tentang Covid-19 dimasyarakat.
Kita harus mulai dengan menyadari bahwa budaya literasi yang masih kurang di tengah masyarakat.
Literasi adalah kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecapakan hidup. Aktivitasnya hampir selalu berkaitan erat dengan kecakapan membaca dan menulis.
Dan Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya tertinggal dalam konteks membudayakan literasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Program for International Student Assesment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Cooperation Development (OECD) pada tahun 2019, untuk urusan literasi Indonesia menduduki urutan bawah 62 dari 70 negara yang diteliti.
Apalagi kemudian seiring perkembangan teknologi perubahan-perubahan yang bersifat strategis dan teknis turut terjadi.
Arus deras informasi yang datang lantaran perkembangan teknologi internet yang memang menjadi sebuah keniscayaan, lantaran literasi lambat membudaya alhasil kita menjadi gagap dan tidak adaptif terhadap membanjirnya informasi.
Sehingga ketika harus memilih dan memilah informasi yang bersifat misinformasi dan disinformasi menjadi sulit.
Sebagian besar mereka cenderung menelan informasi yang positioning-nya mendukung apa yang mereka pikirkan, sehingga informasi-informasi yang seperti ini tidak berdasarkan kebutuhan mereka, tetapi berdasarkan keinginan mereka.
Apalagi kemudian jika misinformasi yang datang dan sesuai dengan pikirannya tersebut ditulis secara meyakinkan dengan dasar-dasar terlihat logis dan ilmiah.
Tanpa ba bi bu masyarakat akan dengan mudah mempercayainya dan kemudian menyebarkannya.Â