BTS grup K-pop asal Korea Selatan ini memang sungguh sangat luar biasa, mereka berhasil membangkitkan budaya pop yang berujung pada fanatisme penggemarnya.
Apapun yang dirilis mengatasnamakan BTS habis diserap publik, bahkan menjadi rebutan, seperti yang terjadi pada BTS Meal yang dirilis secara kolaboratig dengan Mc Donald Waralaba makanan cepat saji asal Amerika Serikat.
Ratusan ribu atau mungkin saja jutaan penggemar BTS, berebut mendapatkan boxset berisi bungkus makanan, kotak nugget, kotak kentang goreng, hingga saus sachetan berlambang BTS dan Mc D menjadi incaran mereka.
Keributan akibat kerumunan terjadi disejumlah kedai Mc D di hampir seluruh wilayah Jabodetabek dan beberapa kota besar di Indonesia, untuk berebut mendapatkan boxset BTS Meal ini.
Hal ini memaksa manajemen Mc D menutup layanan mereka lantaran kerumunan yang terjadi bisa menjadi musabab penyebaran Covid-19.
Satgas dan pihak kepolisian bahkan membubarkan dan mendenda pihak Mc D lantaran mereka kedapatan tak melakukan antisipasi terhadap kondisi tersebut.
Ya, memang benar manajemen Mc D tak memiliki perhitungan dan kontijensi plan terkait program BTS Meal ini secara komprehensif sehingga akhirnya menimbulkan kerumunan, sesuatu yang haram dilakukan saat pandemi yang kini masih melanda dunia termasuk Indonesia.
Mereka tak berhitung fanatisme penggemar BTS begitu militan, bahkan konon katanya bekas bungkusan boxset BTS Meal kini diperjualbelikan dengan harga ratusan ribu rupiah.
Itu lah gambaran fanatisme yang bagi sebagian orang sangat mengherankan. Mereka yang menggemari BTS sebagian besar merupakan generasi milenial dan gen Z.
Di dunia, penggemar BTS yang biasanya disebut Army ini mencapai 40 juta orang yang sebagian besar diantaranya berasal dari Indonesia, dan asal tahu saja mereka ini bukan sekedar penggemar tetapi penggemar fanatik, yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan barang yang berhubungan dengan BTS dengan cara apapun.
Nah, urusan boxset BTS Meal yang menghebohkan ini sebagai salah satu gambaran nyata dari betapa fanatiknya mereka.
Tentu saja kondisi ini tak sejalan dengan pemikiran generasi -generasi diatasnya dan mereka yang bukan merupakan bagian dari Army.
Cibiran dan ledekan bertebaran di media sosial demi menyaksikan bagaimana Army berjuang sedemikan hebatnya demi sebuah boxset BTS Meal, kebanyak mereka menyebut Army 'lebay'.
Itu lah fanatisme yang memang hingga titik tertentu bisa membutakan. Tak terbatas pada sebuah grup band seperti Army terhadap BTS-nya, atau penggemar klub sepakbola tertentu bahkan fanatisme terhadap sebuah ajaran agama kerap kali menjadi sumber keributan.
Kata "Fanatisme" secara etimologis berasal dari bahasa latin 'Fatanicus' yang berarti ekstasi, antusiasme atau menggebu-gebu.Â
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fa*na*tis*me n keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya).
Apakah fanatisme ini baik bagi kehidupan manusia?
Sesuatu yang berlebihan apapun itu tak akan berdampak baik, begitu pun fanatisme. Kondisi ini bahkan oleh sebagian ahli jiwa disebut sebagai gangguan kejiwaan.
Hal ini bisa terjadi ketika sudah memberikan dampak yang buruk bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dalam diri muncul keyakinan yang secara ekstrem hanya itulah yang pantas di puja dan dijadikan kebenaran absolut, apapun informasi yang kontradiktif dengan keyakinannya apalagi dianggap mengecilkan sumber fanatismenya akan mereka lawan.
Fanatisme jika tak terkendalikan dapat menimbulkan obsesi yang berlebihan terhadap seseorang atau sesuatu hal.
Namun, jika fanatisme itu mampu dikelola dengan baik dengan tetap membuka diri terhadap pemikiran-pemikiran  atau kelompok-kelompok lain dalam rangka membentuk kerangka berpikir logis.
Dalam kasus BTS Meal ini, pihak produsen  Mc D dan Manajemen BTS berhasil memonetasi fanatisme pengemarnya begitu rupa.
Bagi siapapun yang bukan penggemarnya, mungkin tindakan yang dilakukan Army tak masuk akal.Â
"Apa sih yang dilihat dari BTS itu, musiknya juga enggak bagus-bagus amat"
Hati-hati harus diingat kegemaran atau hobi seseorang itu berbeda-beda, ini masalah rasa yang tak bisa diukur secara matematis.
Untuk itulah, ada yang menggemari genre musik dangdut, atau Jazz, Rock dan lain sebagainya.
Ada yang menyukai makanan sunda, atau makanan Jepang, Korea atau makanan Padang.
Ada juga yang menyukai perempuan atau lelakidengan karakteristik dan tampilan fisik tertentu.
Semua itu tentang rasa, kita tak bisa juga menghakimi rasa. Semua dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan masing-masing, lingkungan pergaulan kita, dan generasi saat mereka dilahirkan.
Memang mungkin saja ada generasi baby boomers yang menyukai BTS, tapi faktanya mayoritas fans berat mereka adalah milenials dan Gen Z.Â
Generasi Baby Boomers memiliki kesukaannya sendiri bisa jadi sangat memuja The Beatles atau Rolling Stones misalnya.
Mereka juga tak segan-segan memiliki barang-barang memoribiliia grup-grup band pujaannya dengan harga yang fantastis.
Jadi menurut saya tak ada yang lebay buat sebuah kegemaran, sebuah hobi. Jangan memakai ukuran baju kita untuk mematut-matut penampilan orang lain.
Setiap jaman ada orangnya, setiap orang ada jamannya. Biarkan saja kegemaran orang seperti apa sepanjang tak berlebihan ya.... bae we
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H