Untuk merekat kembali dikotomi yang kini terjadi dan terlihat tak akan segera berakhir, butuh penataan ulang melalui pemikiran tokoh Nahdlatul Ulama KH Ahmad Siddiq dengan konsep Trilogi Ukwuwah, yakni Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, dan Ukhuwah Insaniyah.
Ukhuwah Islamiyah. Prinsip ukhuwah ini menjadikan hubungan antar sesama umat Islam menjadi harmonis dan mampu menjadi sebuah kekuatan besar untuk bersama-sama membumikan nilai-nilai Islam.
Ukhuwah Islamiyah menjadi sebuah ikatan, tidak saja secara emosional, namun juga secara sprititual. Dengan modal ini, maka perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipil antar umat Islam tidak perlu menjadi sebuah perpecahan.
Ukhuwah Wathaniyah. Yaitu berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Â
Hal ini merupakan modal dasar untuk melakukan pergaulan sosial dan dialog dengan pelbagai komponen bangsa Indonesia yang tentu saja tidak terbatas pada satu agama semata.Â
Namun lebih dari itu, ukhuwah wathaniyah adalah sebuah komitmen persaudaraan antar seluruh masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam agama, suku, bahasa dan budaya.
Ukhuwah Insaniyah, prinsip ukhuwah ini dilandasi bahwa sesama manusia adalah saling bersaudara. Â
Karena berasal dari ayah dan ibu yang satu, yakni Adam dan Hawa. Hubungan persaudaraan ini merupakan kunci dari semua persaudaraan, terlepas dari status agama, suku bangsa atau pun sekat geografis, karena nilai utama dari persaudaraan ini adalah kemanusiaan.
Hal ini mengingatkan kita, bahwa kita memang bukan saudara seiman, tetapi bersaudara dalam berbangsa dan lebih jauh lagi bersaudara dalam kemanusian.
Sejatinya,nilai-nilai kemanusian menempatkan arasy tertinggi dalam posisinya sebagai manusia.
Mari kita jadikan momentum Idul Fitri dan Kenaikan Isa Al Masih ini menjadi landasan pijak bagi kita untuk saling menghargai perbedaan, melalui sikap toleransi antar umat beragama.