Secara teknis, pantas atau tidak dirinya menduduki jabatan tersebut, tinggal diukur saja dari kerjanya dalam memimpin BKPM 2 tahun terakhir ini.
Apa ukurannya, ya realisasi investasi di Indonesia dalam 2 tahun terakhir. Meskipun mengukurnya tak bisa secara normal juga  dan menjadi agak berbeda karena dunia memang tengah diguncang pandemi yang dampaknya juga sangat terasa di dunia invetasi langsung atau direct invesment.
Menurut laman resmi BPKM, secara kumulatif, pencapaian realisasi investasi tahun pada 2020 (Januari-Desember) tercatat mencapai Rp826,3 triliun atau 101,1 persen dari target Rp817,2 triliun.
Realisasi investasi PMDN mencapai Rp413,5 triliun atau 50,1 persen , sedangkan PMA sebesar Rp412,8 triliun atau 49,9 persen dari seluruh realisasi investasi yang terjadi.
Apakah angka yang tercatat ini dianggap sebagai sebuah keberhasilan?
Kita serahkan saja pada Presiden Jokowi untuk menilainya, karena sejatinya Jokowi selaku Presiden RI Â lah yang bisa mengangkat dan memberhentikan para menterinya.
Meskipun masukan dari masyarakat tentu saja akan menjadi bahan pertimbangan Jokowi untuk mengangkat dan memberhentikan para menterinya.
Kemungkinan besar Bahlil menjadi Meninves ini bisa terjadi dengan catatan BKPM berubah bentuk atau melebur menjadi Kementerian Investasi, jika itu tak terjadi dan BPKM masih eksis, ya Bahlil saya pikir akan tetap berada di pos nya sebagai Kepala BPKM.
Nah, diluar kedua orang yang memang anggota Kabinet Jokowi Jilid-2. Salah satu calon Meninves yang pantas untuk diperhitungkan adalah Ketua Kadin, Rosan Roeslani.
Secara teknis ia cukup mumpuni, jaringan bisnisnya sangat luas. Dan ingat Rosan merupakan sekondan Sandiaga Uno, Erick Thohir,  dan Muhammad Lutfhi, dalam membangun empirium bisnisnya. Ketiga orang tersebut kini  telah ada terlebih dulu di Kabinet Jokowi,
Kemampuan teknis dan jaringan bisnisnya setara lah dengan 3 orang tersebut. Ia pun piawai mengelola organisasi terbukti ia membawa Kadin lebih maju lagi.