Mereka melakukan demontrasi dan diskusi-diskusi untuk menentang proyek yang mereka sebut sebagai proyek mercu suar ini.
Mereka turun ke jalan, membentangkan spanduk-spanduk yang menentang pembangunan proyek tersebut.Â
Kondisi ini terus bergulir dan menguat sehingga Soeharto geram dan menuduh ada dalang dibalik gerakan mahasiswa yang menentang pembangunan MII tersebut.
Soeharto menuduh upaya tersebut merupakan gangguan terhadap stabilitas nasional untuk itu, ia tak segan-segan akan menggebuk siapapun yang menentang pembangunan proyek tersebut.
Dan benar saja, Soeharto kemudian memerintahkan Wakil Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban Letjen Soemitro untuk melarang seluruh aktivitas gerakan anti MII.
Mereka mulai melakukan penangkapan dan menahan pentolan mahasiswa yang jadi penggerak anti MII ini diantaranya aktivis Arief Budiman.
Pemerintah kemudian meminta kepada mereka yang anti MII untuk menyalurkan suara penentangannya itu lewat DPR.
Ya, pastilah para anggota parlemen pun sudah distel oleh penguasa hanya untuk mendengar tapi tetap memberi persetujuan proyek pembangunan MII itu dilaksanakan.
Akhirnya, bagai anjing menggongong kafilah berlalu proyek MII itu dimulai pada pertengahan tahun 1972 dan selesai pada tahun 1975.
Kemudian MII ini diresmikan Soeharto pada 20 April 1975 dengan nama seperti yang kita kenal selama ini Taman Mini Indonesia Indah.
Meskipun memang di awal penuh kontroversi pembangunan TMII ini pada akhirnya banyak memberikan manfaat bagi masyarakat luas, kebudayaan nasional, pendidikan, Â dan dunia pariwisata Indonesia.