Mereka kemudian mulai bergerak, pertama mereka menghubungi  Gubernur DKI Jakarta saat itu Ali Sadikin dan mempresentasikan gagasan Tien tentang MII.
Ali Sadikin tertarik dan bersepakat untuk mendukung gagasan ibu negara tersebut, lantaran gagasan milik Tien serupa dengan idenya untuk membuat proyek Bhineka Tunggal Ika yang sempat ia presentasikan di hadapan DPRD DKI Jakarta.
Ali Sadikin kemudian bergerak mencari lahan yang akan digunakan untuk proyek MII tersebut, awalnya ia menawarkan tanah di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, tetapi lahan di daerah itu tak mencukupi untuk MII sesuai gagasan Tien.
Di wilayah itu hanya tersedia lahan sekitar 20 hekatar saja, kemudian Ali beranjak ke daerah Cempaka Putih tetapi tetap saja lahannya kurang luas dan itu tak memuaskan istri penguasa orde baru tersebut.
Akhirnya, Ali Sadikin bergeser lebih ke pinggir Jakarta, di kawasan  Pondok Gede Jakarta Timur. Disitu ada lahan yang cukup luas sekitar 100 hektar lebih untuk bisa dipergunakan membangun proyek MII ini.
Nah, Ibu Tien puas dengan lahan itu, maka ditetapkan lah lahan tersebut sebagai tempat pembangunan MII mulailah disusun proyek MII tersebut.
Namun pembangunan MII, lantas menjadi polemik di tengah masyarakat lantaran proyek itu dianggarkan akan menghabiskan dana hingga Rp.10,5 milyar, angka yang cukup besar masa itu, mungkin bisa di kategorikan sebagai mega proyek saking besarnya.
Sejumlah pihak menentang proyek ini, pembangunan MII dianggap oleh masyarakat yang menentang sebagai pemborosan dan sangat berlawanan dengan anjuran hidup sederhana seperti yang saat itu diusung oleh Soeharto.
"Jangan melakukan pemborosan-pemborosan, karena sebagian besar rakyat masih hidup miskin," kata Soeharto, dikutip Mahasiswa Indonesia, 5 Desember 1971. Seperti yang dilansir Historia.id.
Gerakan menentang pembangunan proyek MII ini dimotori oleh para mahasiswa dan bisa disebut pergolakan pertama pasca Soeharto memegang tampuk kekuasaan di Indonesia.
Tak hanya di Jakarta gerakan-gerakan mahasiswa ini terjadi juga di beberapa kota besar di Indonesia seperti Bandung.