Bahkan Islam itu merupakan agama Rahmatan lil Alamin, agama yang memberi rahmat, kebaikan, dan  keteduhan bagi sekalian alam dan mahkluk yang berada di dalamnya.
Jadi seperti halnya agama lain aksi terorisme itu tak bisa dibenarkan oleh agama Islam, jika kemudian aksi mereka mengatasnamakan agama itu lantaran pemahaman mereka dalam beragama itu salah.
Meskipun kita pun tahu ekstremisme itu selalu ada dalam agama apapun, dan biasanya akan tumbuh manakala mereka bagian dari mayoritas.
Namun faktanya, kelompok ekstrimis atau radikalis itu sebenarnya sangat kecil, makanya mereka membutuhkan tindakan-tindakan "caper" seperti bom bunuh diri yang terjadi di Makasar.
Mengapa ekstrimisme dan radikalisme itu bisa terjadi awalnya karena adanya intoleransi. Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi.
"Intoleransi itu lah yang membentuk radikalisme, kalau sudah terbentuk radikalisme, terbentuklah ekstrimisme, kalau ekstrimisme yang terbentuk kemudian berbentuk terorisme pada tataran terakhir nantinya, ini yang harus kita pahami dulu," ujarnya.
Makanya sikap intoleran itulah yang sedari awal harus dilawan, jika mereka yang toleran kemudian membiarkan saja intoleransi itu terjadi sama saja membuka pintu gerbang terhadap berbagai aksi-aksi terorisme seperti yang terjadi di Makassar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H