Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisruh Demokrat Klan Yudhoyono vs Moeldoko, Seperti Memperebutkan "Pepesan Kosong"

13 Maret 2021   11:56 Diperbarui: 13 Maret 2021   11:54 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para kadernya tak berhasil membangun karakter Demokrat  yang memiliki ciri khas tersendiri, sehingga menjadi pembeda agar menarik dipilih rakyat Indonesia.

Pemilihan Agus Harimurty Yudhoyono(AHY) sebagai Ketua Umum PD yang hanya menjual kemudaan dan tampang pun tak memberikan apapun terhadap elektabilitas Demokrat.

Apalagi kemudian kisruh muncul setelah isu "Kudeta" menguar ke ruang publik lantaran AHY terlihat benar tak mampu mengelola konflik di internal partainya.

Meskipun sebenarnya konflik ini timbul akibat SBY ketika memimpin PD, banyak menyingkirkan senior -senior yang menjadi pihak yang berkeringat ketika partai berlogo mercy ini didirikan.

Akibatnya muncullah faksi-faksi di dalam internal tubuh partai yang lantas menjadi bom waktu yang bisa meledak setiap saat.

Sekurang-kurangnya ada 4 faksi yang ada di dalam tubuh PD, hal ini lah sebenarnya menjadi pangkal masalah kisruh yang terjadi di Demokrat saat ini.

Jika mengacu pada ucapan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang menolak  ketika ditawari untuk memimpin Kongres Luar Biasa untuk mengambil alih kepemimpinan AHY oleh mereka yang pernah mendirikan Demokrat lantas kemudian tersingkirkan dari lingkaran dalam partai dan itu benar adanya.

Yang kemudian tawaran ini diterima oleh Kepala Staf Presiden Jendral TNI Moeldoko, jelaslah bahwa gonjang-ganjing yang terjadi di Demokrat saat ini bermula dari pihak internal, dan bisa disebut sebagai konflik internal seperti yang disebutkan oleh Jokowi.

Kekisruhan ini bisa naik kepermukaan dan menjadi isu nasional seolah demokrasi di Indonesia terancam, menurut pengamatan saya dipicu oleh upaya pansos AHY dan para sekondannya untuk kembali menjadikan PD menjadi bahan pembicaraan publik.

Salah satu upaya pansos itu dengan cara menyurati Jokowi dan kemudian membangun narasi bahwa pihak Istana lah yang berada di balik semua kisruh ini.

Apalagi kemudian Moeldoko seperti mengkonfirmasi narasi tersebut dengan menerima tawaran untuk menjadi Ketum PD  tandingan atau bahkan ikut merancang terjadinya Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat di Sibolangit Sumatera Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun