Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Mengenang dan Menelusuri Tapak Bermusik Gito Rollies

28 Februari 2021   16:50 Diperbarui: 28 Februari 2021   17:45 1864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gito Rollies pergi meninggalkan kita semua tepat 13 tahun lalu, 28 Februari 2008 setelah selama 3 tahun berjuang keras melawan kanker getah bening atau Linfoma yang telah menginvasi tubuhnya.

Perjalanan musik dan hidup Gito Roliies ini memang penuh warna, beberapa tahun diakhir masa hidupnya ia telah bermetamorfosis menjadi seseorang yang baru.

Dari dunia pertunjukan musik rock yang bergelimang kehidupan hedonisme, menjadi seseorang yang sangat religius.

Ia tinggalkan dunia entertaimen untuk berhijrah menjadi seseorang yang sangat Islami, panggung rock bersalin rupa menjadi panggung dakwah.

Lelaki kelahiran Biak Papua pada 1 November 1947 ini memiliki nama lengkap Bangun Soegito Toekiman.

Nama Gito mulai dikenal publik saat dirinya bergabung dengan grup band asal Bandung The Rollies pada tahun 1968. 

Dengan gaya rambutnya yang "Afro America Looks", Gito menjadi terlihat seperti superstar musik soul dan funk berkulit hitam asal Amerika, James Brown.

Lantaran memiliki tone suara yang tak jauh berbeda, Gito yang bersuara serak mengikuti gaya dan teknik vokal The Godfather of soul music James Brown.

Menurut sejumlah literatur yang saya baca, di awal karirnya Gito banyak menyanyikan lagu-lagu milik James Brown diantaranya, I Feel Goods, Its a Man Man World hingga Cold Sweat,ketiga lagu ini bahkan dimasukan ke dalam album perdana The Rollies yanh direkam Phiilip Production perusahaan rekaman asal Singapura.

Selain memilki timbre suara yang sangat khas, aksi panggung Gito ketika membawakan lagu pun sangat menarik, ia berputar-putar eksplosif pendeknya aksi panggung yang dia miliki "super sekali".

Apalagi ternyata ia memiliki kemampuan untuk memainkan berbagai instrumen musik mulai dari alat musik tiup trumpet hingga biola dengan sangat piawai.

Nama Gito melesat bak meteor, bersama The Rollies yang saat itu beranggotakan Gito sebagai Vokalis, Deddy Stanza pada bas, Iwan Krisnawan pada drum, Delly Joko Arifin pada gitar dan Tengku Zuliaan Iskandar pada gitar.

The Rollies semakin menemukan bentuknya saat Benny Likumahuwa yang bermain saksopon masuk. Membuat sisi brass Section dengan tambahan Iskandar sebagai peniup saksopon, Gito selain jadi vokalis ia pun menjadi peniup trompet.

Warna musik The Rollies mulai kentara dan menjadi ciri khas mereka. Bahkan The Rollies diidentikan dengan salah satu super grup dunia "Chicago".

The Rollies menjadi sangat terkenal namun rupanya Gito tak kuat menahan sindrome kepopuleran ia mulai terjerumus dalam lembah narkotika dan minuman keras bersama rekan satu grup band-nya Deddy Stanza.

Apalagi ternyata memang sejak jaman remaja Gito memang sosok "anak jalanan" yang tak pernah betah di rumah, ditambah dengan dunia hedonis pemusik yang pada saat itu memang sangat akrab dengan dunia hitam.

Akibat narkotika inilah Gito dan Deddy ditendang keluar dari The Rollies pada tahun 1972. Kemudian pada tahun 1973 Gito bergabung dengan grup band The Cockpit sebagai vokalis utama.

Namun tak lama berselang setelah ia berjanji akan menjauhi narkoba dan akan berdisiplin dalam bermusik, Gito kembali bergabung dengan The Rollies.

Formasi The Rollies terus berganti dengan masuknya Oetje F Tekol menjadi pemain gitar, Jimmy Manopo pada drum dan Abadi Soesman pada Keyboards.

Dimasa ini lah The Rollies mengalami masa keemasanya. Disela-sela waktu Gito pun mendukung sejumlah grup musik lain seperti Superkid bersama sahabat dekatnya Deddy Stanza, Deddy Dores, dan Jelly Tobing.

Selain itu bersama Deddy Stanza ia pun menelurkan album duet dengan judul Higher and Higher yang semua lagunya diciptakan oleh Denny Sabri.

Diluar musik Gito pun mulai merambah dunia akting lewat film Perempuan Tanpa Dosa bersama bintang yang saat itu lagi laris Yenny Rachman.

Sepanjang hidupnya ia telah bermain di 11 film layar lebar dengan film terakhir Janji Joni besutan sutradara Joko Anwar.

Dalam film inilah ia berhasil meraih Piala Citra sebagai Peran Pembantu Terbaik di FFI tahun 2005.

Memasuki dasawarsa 80-an Gito memutuskan untuk bersolo karir dengan merilis album solo pertamanya dengan tajuk Tuan Musik. Di album ini Gito di dukung oleh sahabat-sahabatnya dari The Rollies seperti Oetje F Tekol dan Jimmy Manopo.

Album-album solo Gito disambut baik oleh publik penjualan rekamannya cukup membuat perusahaan rekaman untuk terus mendukung Gito.

Ia kemudian berduet dengan sahabat masa silamnya Farid Hardja dan Deddy Stanza. Lantas ketika memasuki dasawarsa 90-an bersama vokalis Godbless Achmad Albar ia mengeluarkan album duet dengan lagu andalan "Kartika".

Memasuki akhir 90-an Gito perlahan mulai meninggalkan dunia hitam. Selama sekitar 10 tahun menjelang dirinya meninggal Gito menjadi sosok yang religius dan benar-benar menjadi orang rumahan yang sangat menyayangi istri bule nya Michelle yang juga menjadi seorang muslimah yang taat.

Di paruh akhir hidupnya itu, ia lebih banyak dikenal sebagai seorang pendakwah, jika pun ia bernyanyi maka lagunya akan memiliki atmosfir religius.

Gito menyanyikan ulang dua hit The Rollies yaitu Cinta yang Tulus (Kau yang Kusayangi), karya Ignatius Hadianto dan Hari Hari, karya Oetje F Tekol. Lirik kedua lagu ini memang sengaja diubah.

Lagu Cinta yang Tulus, yang dulu dinyanyikan almarhum Delly Rollies, bertutur tentang perasaan cinta seorang pria terhadap wanita pujaan, beralih makna menjadi cinta seorang makhluk Illahi terhadap Sang Penciptanya.

Lagu Hari Hari, yang dahulu liriknya mencerminkan sikap hedonistik materialistik berubah menjadi bagaimana seorang umat memaknai perbuatannya sehari-hari untuk dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.

Gito Rollies memang sosok yang penuh warna, baik dalam musik maupun kehidupannya. Dan warna itu telah mewarnai musik Indonesia.

Hari-hari datang dan pergi
Dan kemarin bukan hari ini
Yang telah berlalu
Ingatlah selalu
Syukurilah hari ini

(Hari-Hari; Gito Rollies)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun