Nama Gito melesat bak meteor, bersama The Rollies yang saat itu beranggotakan Gito sebagai Vokalis, Deddy Stanza pada bas, Iwan Krisnawan pada drum, Delly Joko Arifin pada gitar dan Tengku Zuliaan Iskandar pada gitar.
The Rollies semakin menemukan bentuknya saat Benny Likumahuwa yang bermain saksopon masuk. Membuat sisi brass Section dengan tambahan Iskandar sebagai peniup saksopon, Gito selain jadi vokalis ia pun menjadi peniup trompet.
Warna musik The Rollies mulai kentara dan menjadi ciri khas mereka. Bahkan The Rollies diidentikan dengan salah satu super grup dunia "Chicago".
The Rollies menjadi sangat terkenal namun rupanya Gito tak kuat menahan sindrome kepopuleran ia mulai terjerumus dalam lembah narkotika dan minuman keras bersama rekan satu grup band-nya Deddy Stanza.
Apalagi ternyata memang sejak jaman remaja Gito memang sosok "anak jalanan" yang tak pernah betah di rumah, ditambah dengan dunia hedonis pemusik yang pada saat itu memang sangat akrab dengan dunia hitam.
Akibat narkotika inilah Gito dan Deddy ditendang keluar dari The Rollies pada tahun 1972. Kemudian pada tahun 1973 Gito bergabung dengan grup band The Cockpit sebagai vokalis utama.
Namun tak lama berselang setelah ia berjanji akan menjauhi narkoba dan akan berdisiplin dalam bermusik, Gito kembali bergabung dengan The Rollies.
Formasi The Rollies terus berganti dengan masuknya Oetje F Tekol menjadi pemain gitar, Jimmy Manopo pada drum dan Abadi Soesman pada Keyboards.
Dimasa ini lah The Rollies mengalami masa keemasanya. Disela-sela waktu Gito pun mendukung sejumlah grup musik lain seperti Superkid bersama sahabat dekatnya Deddy Stanza, Deddy Dores, dan Jelly Tobing.
Selain itu bersama Deddy Stanza ia pun menelurkan album duet dengan judul Higher and Higher yang semua lagunya diciptakan oleh Denny Sabri.
Diluar musik Gito pun mulai merambah dunia akting lewat film Perempuan Tanpa Dosa bersama bintang yang saat itu lagi laris Yenny Rachman.