Sepanjang hidupnya ia telah bermain di 11 film layar lebar dengan film terakhir Janji Joni besutan sutradara Joko Anwar.
Dalam film inilah ia berhasil meraih Piala Citra sebagai Peran Pembantu Terbaik di FFI tahun 2005.
Memasuki dasawarsa 80-an Gito memutuskan untuk bersolo karir dengan merilis album solo pertamanya dengan tajuk Tuan Musik. Di album ini Gito di dukung oleh sahabat-sahabatnya dari The Rollies seperti Oetje F Tekol dan Jimmy Manopo.
Album-album solo Gito disambut baik oleh publik penjualan rekamannya cukup membuat perusahaan rekaman untuk terus mendukung Gito.
Ia kemudian berduet dengan sahabat masa silamnya Farid Hardja dan Deddy Stanza. Lantas ketika memasuki dasawarsa 90-an bersama vokalis Godbless Achmad Albar ia mengeluarkan album duet dengan lagu andalan "Kartika".
Memasuki akhir 90-an Gito perlahan mulai meninggalkan dunia hitam. Selama sekitar 10 tahun menjelang dirinya meninggal Gito menjadi sosok yang religius dan benar-benar menjadi orang rumahan yang sangat menyayangi istri bule nya Michelle yang juga menjadi seorang muslimah yang taat.
Di paruh akhir hidupnya itu, ia lebih banyak dikenal sebagai seorang pendakwah, jika pun ia bernyanyi maka lagunya akan memiliki atmosfir religius.
Gito menyanyikan ulang dua hit The Rollies yaitu Cinta yang Tulus (Kau yang Kusayangi), karya Ignatius Hadianto dan Hari Hari, karya Oetje F Tekol. Lirik kedua lagu ini memang sengaja diubah.
Lagu Cinta yang Tulus, yang dulu dinyanyikan almarhum Delly Rollies, bertutur tentang perasaan cinta seorang pria terhadap wanita pujaan, beralih makna menjadi cinta seorang makhluk Illahi terhadap Sang Penciptanya.
Lagu Hari Hari, yang dahulu liriknya mencerminkan sikap hedonistik materialistik berubah menjadi bagaimana seorang umat memaknai perbuatannya sehari-hari untuk dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.
Gito Rollies memang sosok yang penuh warna, baik dalam musik maupun kehidupannya. Dan warna itu telah mewarnai musik Indonesia.