Dengan dunia digital yang sudah mendarah daging di Estonia serta ekosistemnya sudah terbangun secara holistik, tak heran jika Estonia menjadi surga para pelaku Start-up digital.
Saat ini tak kurang dari 200 perusahaan rintisan, tercatat terdapat 4 start-up berstatus unicorn di Estonia. Keempat start-up tersebut yakni, Skype,Playtech, Transferwise, dan Taxify.
Dengan jumlah penduduk yang hanya 1,3 juta jiwa, Estonia menjadi negara yang paling banyak secara per kapita jumlah start-up unicorn-nya. Estonia memiliki 0,308 unicorn di tiap 100.000 penduduknya.
Estonia memang  cihuy banget dah kalau urusan digital ini, sangat pantas mereka menyandang nama e-Estonia mengacu pada proyek revolusioner seluruh proyek digitalisasi kehidupan masyarakat mereka, untuk mengubah dari status negara tradisional menjadi masyarakat digital masa depan.
Apa yang bisa kita bisa pelajari dari Estonia adalah inti dari konsep pemikiran mereka berdasarkan design thinking yang tak hanya berkutat pada kreativitas semata.
Design Thinking adalah proses berulang dimana kita berusaha memahami pengguna, menantang asumsi, dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya mengidentifikasi strategi dan solusi alternatif yang mungkin tidak langsung terlihat dengan tingkat awal pemahaman kita.Â
Pada saat yang sama, Design Thinking menyediakan pendekatan berbasis solusi untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah cara berpikir dan bekerja serta kumpulan metode langsung.
Design Thinking sangat berguna dalam mengatasi masalah-masalah yang tidak jelas atau tidak dikenal, dengan melakukan reframing masalah dengan cara-cara yang berpusat pada manusia, menciptakan banyak ide dalam brainstorming, dan mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan prototype dan testing.
Design Thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang berjalan: membuat sketsa, membuat prototype, testing, dan mencoba berbagai konsep dan ide.
Karena itulah Estonia terlihat selangkah lebih maju dibanding negara lain dalam hal teknologi digital. Dan dalam saat bersamaan mereka tak menggunakan teknologi itu untuk kebutuhan "agar terlihat glamor", tapi untuk kemasalahatan rakyatnya secara nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H