Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Setelah Vaksinasi Covid-19, Akankah Pandemi Segera Berakhir?

17 Desember 2020   10:10 Diperbarui: 17 Desember 2020   10:20 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada 2 kabar gembira bagi seluruh masyarakat Indonesia terkait pandemi Covid-19, pertama tibanya Vaksin Covid-19 di indonesia dari Perusahaan Bioteknologi asal China Sinovac sebanyak 1,2 juta dosis vaksin siap suntik.

Kemudian kabar yang menggembirakan lain adalah saat Presiden Jokowi mengumumkan secara resmi bahwa segala rupa berkaitan dengan proses vaksinasi Covid-19 bagi seluruh masyarakat Indonesia cuma-cuma alias gratis..tis..tis.

"Jadi setelah menerima banyak masukan dari masyarakat dan setelah melakukan kalkulasi ulang, melakukan perhitungan ulang mengenai keuangan negara, dapat saya sampaikan bahwa vaksin Covid-19 untuk masyarakat adalah gratis. Sekali lagi gratis, tidak dikenakan biaya sama sekali," kata Jokowi melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (16/12/20). Seperti dilansir Kompas.Com.

Langkah yang diambil Jokowi ini patut kita apresiasi, tak ada salahnya juga kita berterimaksih pada pemerintah terkait hal ini.

Kita masyarakat boleh lah merasa sedikit lega, apalagi di akhir video tersebut Jokowi menekankan, tak akan ada masyarakat yang tak di vaksinasi.

Namun pertanyaannya kemudian, jika kelak vaksinasi massal dilakukan akankah Covid-19  segera hilang dari Tanah Air Indonesia ini?

Begini jawabannya tak bisa serta merta diberikan, karena banyak faktor yang harus diteliti dan cermati, mulai dari kualitas dan kuantitas vaksin yang akan diberikan hingga kondisi geografis wilayahnya, dan penduduk yang mendiaminya.

Menurut beberapa literatur kesehatan yang saya baca, untuk masalah vaksin-nya hal ini berkaitan dengan keamanan, efikasi, dan efektifitas vaksin Covid-19 yang disuntikan pada masyarakat. 

Saat ini Vaksin Sinovac yang sudah ada di Indonesia tengah dalam tahap assesment oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia untuk penggunaan darurat.

Jika kita telusuri dalam beberapa studi terakhir yang dilakukan berbagai pihak, antibodi terhadap Covid-19 hanya bertahan 3 hingga 4 bulan pada orang yang telah sembuh dari Covid-19. 

Hal itu ditunjukan dengan beberapa kasus reinfeksi yang terjadi meskipun kasus seperti ini tak banyak juga, tapi harus tetap jadi perhatian.

Artinya bisa saja vaksinasi agar efektif harus diberikan 2 atau 3 kali. 

Dalam sejarah vaksinasi dunia ada jenis vaksin yang butuh hanya sekali diberikan untuk seumur hidup, ada yang perlu setiap 10 tahun sekali diberikan, bahkan ada pula vaksin yang harus diberikan setiap tahun.

Pertama yang harus dipastikan dalam masalah vaksinasi ini adalah keamanannya. Vaksin disebut aman apabila tidak ada efek samping atau ada efek samping tapi ringan, lantas dipastikan tidak ada kejadian ikutan pasca imunisasi atau ringan hanya sebatas nyeri atau demam, seperti bayi setelah imunisasi kan biasanya juga suhu tubuhnya akan naik.

Memverifikasi keamanan vaksin tesebut biasanya dilakukan diawal vaksin itu dibuat, kita bisa lihat pada laporan uji klinis fase 1 dan fase 2, jika dalam 2 fase uji klinis hasilnya menyatakan aman maka fase ke-3 uji klinis bisa dilakukan, jika hasilnya menyebutkan tak aman maka uji klinis fase 3 tak bisa dilakukan.

Artinya jika sebuah vaksin tengah dalam tahap uji klinis fase 3  seperti yang dilakukan vaksin Sinovac di Indonesia dan Brazil, maka besar dugaan vaksin tersebut terbukti aman.

Nah, ketika keamanan ini sudah terbukti sekarang kita melangkah pada sisi afeksi dan efektifitas vaksin tersebut dan berapa lama vaksin itu mampu melindungi kita dari serangan virus Covid-19.

Berkaca pada sejarah vaksin masa lalu, ada frekuensi tertentu yang menggambarkan berapa lama vaksin itu mampu melindungi kita.

Vaksin yang paling efektif yang berhasil diciptakan manusia adalah vaksin penyakit cacar, yang hanya butuh disuntikan sekali seumur hidup agar manusia tak kembali terpapar penyakit cacar.

Vaksin ini merupakan vaksin pertama yang diciptakan manusia dan merupakan cikal bakal teori vaksinasi di dunia saat ini

Vaksinasi yang metodenya diciptakan Edward Jenner pada 1798 telah berhasil menumpas penyakit cacar dari muka bumi pada 1977. Sejak saat itu vaksinasi cacar tak pernah dilakukan lagi.

Kemudian ada vaksin BCG untuk mencegah TBC, yang sudah digunakan sejak 1921. Lama perlindungan  dari vaksin BCG ini terhadap tubuh manusia berbeda-beda disetiap wilayah.

Menurut beberapa hasil riset, di Inggris vaksin BCG harus diulang per 10 tahun sekali, di Norwegia 30-40 tahun sekali, di Alaska AS 60 tahun sekali.

Sementara di Indonesia hingga saat ini belum ada riset sejenis, tapi yang jelas vaksin BCG  ini di Indonesia disuntikan sekali seumur hidup.

Lantas ada Vaksi DFT yang menghindarkan manusoa dari penyakit Difteri yang diulang setiap 10 tahun sekali, dimulai saat masa bayi atau balita.

Sementara yang paling ribet adalah vaksin influenza yang vaksinasi-nya harus dilakukan setiap tahun. Karena virus-virus penyebab influenza mudah bermutasi dan kemudian tidak dikenali oleh sistem pertahanan tubuh

Flu di negara 4 musim bisa menjadi sangat berbahaya yang menimbulkan kematian. Karena itu di sana vaksinasi flu ini sangat diperlukan.

Vaksin terbaik itu diukur dari sudut keamanan, efek samping, pembentukan antibodi dan efikasinya.

Efikasi adalah tingkat daya lindung vaksin pada kondisi uji klinis. Kondisi uji klinis sifatnya optimal dan terkendali, baik dari penyiapan vaksinnya, maupun dari faktor orang yang mendapat vaksinnya, yaitu orang yang sehat dan memenuhi berbagai kriteria yang ditentukan peneliti.

Efikasi didapat dari uji klinis fase 3, dengan menghitung risiko terjadinya penyakit pada kelompok orang yang mendapat vaksin dan yang tidak mendapat vaksin.

Lantas bagaimana dengan  efektivitas dan efaksi vaksin Covid-19, meskipun Vaksin Pfizer dan Moderna telah mengklaim kemanjurannya hingga diatas 90 persen tapi menurut para ahli virologi masih butuh waktu untuk membuktikan efektivitas dan afeksi nya setelah disuntikan secara massal.

Bagaimana dengan vaksin Sinovac yang akan segera diberikan kepada masyarakat Indonesia. Seperti kita tahu hasil uji klinis tahap 3 yang dilakukan pada 1600 relawan di kota Bandung sampai saat ini masih belum keluar hasilnya.

Meskipun sudah hampir dapat dipastikan aman, tapi para peneliti masih memantau hasil akhir kadar antibodi yang dihasilkan oleh vaksin Sinovac tersebut.

Apakah kadar antibodinya masih cukup tinggi setelah memasuki bulan ke-6 setelah vaksin itu disuntikan atau mulai menurun. Informasi ini lah yang kemudian menentukan vaksin ini cukup baik atau tidak.

Namun demikian, meskipun hasil uji klinis vaksin Sinovac ini ternyata hanya mampu melindungi  tubuh manusia dari serangan Covid-19 dalam jangka waktu 6 bulan misalnya, masih lebih baik jika kita tetap di vaksinasi dari pada tidak mendapatkan vaksin.

Pengembangan vaksin Covid-19 akan terus dilakukan walaupun vaksinasi sudah dilakukan secara massal agar vaksin itu lebih sempurna.

Ingat vaksin cacar saja membutuhkan waktu hampir 200 tahun untuk mengembangkannya hingga bisa disebut berhasil.

Jadi sesungguhnya jalan masih panjang agar benar-benar terbebas dari Covid-19, untuk itulah protokol kesehatan harus tetap kita jaga betul, mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun