Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika PSI Melawan Arus, Mereka Ditinggal Sendiri oleh Seluruh Anggota DPRD DKI

15 Desember 2020   11:06 Diperbarui: 15 Desember 2020   16:29 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena lucu, miris, sekaligus menyebalkan terjadi dalam Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Senin (14/12/20).

Seluruh anggota DPRD DKI Jakarta yang mengikuti sidang paripurna kecuali Fraksi Pertai Solidaritas Indonesia (PSI) tersebut memilih walk out dari jalannya sidang, saat Fraksi PSI akan membacakan pandangan umum fraksi terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.

Menurut kabar yang dilansir oleh Kompas.com, kejadian ini berawal dari kekecewaan salah satu anggota dewan dari Fraksi Partai Golkar Jamaludin mempertanyakan apakah keputusan yang akan dibacakan oleh Ketua Fraksi PSI Idris Ahmad itu merupakan pernyataan DPW PSI DKI Jakarta atau pernyataan yang mewakili Fraksi PSI di DPRD DKI.

Pertanyaan itu muncul karena sebelumnya Rencana Kerja Tahunan(RKT) itu kabarnya sudah disetujui oleh Fraksi PSI di DPRD DKI, tapi kemudian kabar itu dibantah oleh DPW PSI DKI Jakarta.

Menurut Jamaludin, jika pandangan yang akan dibacakan tersebut, belum mendapat persetujuan DPW PSI DKI Jakarta, maka ia malas mendengarkannya dan lebih memilih keluar dari arena sidang.

"Tidak terjadi apa yang sudah disepakati (RKT), tidak diakui oleh partainya. Kalau memang tidak (diakui), saya tidak akan bersedia mendengarkan. Saya akan keluar," kata Jamaludin di ruang rapat paripurna, Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (14/12/20).

Kemudian ia pun meninggalkan ruangan diiringi oleh tepuk tangan seluruh Fraksi diluar Fraksi PSI, dan setelah itu mereka beramai-ramai mengikuti Jamaludin keluar arena sidang, tingga Fraksi PSI yang berada di dalam arena persidangan bersama para pimpinan DPRD DKI Jakarta.

Ketika beberapa anggota DPRD di konfirmasi apakah aksi walk out berjamaah mereka itu ada kaitannya dengan batalnya kenaikan tunjangan dalam RKT 2021.

Jamaludin inisiator aksi walk out itu membantah, mereka kesal saja atas inkonsistensi sikap PSI selama ini.Selain itu ada bahasa yang dikeluarkan oleh PSI yang menyebut anggota DPRD DKI merampok rakyat.

"Saya (katanya) ngerampok, siapa yang saya rampok? Kalau dia berani, ngomong sendiri sini, jangan di media," tambah Jamaludin.

Sementara menurut Wakil Ketua DPRD DKI dari Fraksi Partai Gerindra, M.Taufik, aksi walk out tersebut sebagai bentuk koreksi bagi PSI, karena suara PSI itu kerap tidak konsisten sehingga membuat gerah fraksi lain di DPRD DKI.

Mungkin bukan inkonsistensi yang membuat gerah, tapi mereka gerah karena tak bisa lagi mengakali anggaran untuk kepentingan pribadi anggotanya.

Dengan kejadian ini sepertinya memang terlihat jelas bahwa semenjak dari awal mereka memang sangat bernafsu untuk menaikan pendapatan mereka melalui RKT 2021, namun karena PSI secara vokal menyatakan penolakannya terhadap kenaikan tersebut, akhirnya PSI dikucilkan.

Mungkin karena berkali-kali PSI melakukan manuver yang membuat mereka tak bisa memainkan anggaran akhinya PSI dimusuhi oleh seluruh anggota dewan yang lain.

Kita masih ingat masalah anggaran Lem Aibon, kemudian masalah penarikan biaya Formula-E sebesar Rp.560 milyar.

Mengubah budaya di DPRD yang sudah berkarat seperti itu memang sungguh tak mudah.  Cara mereka memahami bahasa dalam anggaran itu mungkit berbeda dengan cara PSI memahami anggaran.

Jika semua memang memusuhi PSI, bukan berarti PSI salah, tapi karena  mereka kesal tak bisa membuat anggota DPRD dari Fraksi PSI tak seperti mereka.

Saya melihat aksi walk out yang dilakukan oleh seluruh anggota DPRD DKI saat PSI membacakan pandangannya, adalah sebuah blunder besar, mereka seolah sedang membesarkan nama PSI, sementara nama baik mereka akan kian terpuruk.

Sikap yang dilakukan para anggota dewan di DKI ini sepertinya sudah tak akan mendapat tempat lagi dihati masyarakat. 

Sementara nama partai yang baru berdiri pada 2014 ini bakal terus melambung, asal mereka memang benar bersih dan terus mempertahankan sikapnya itu.

Ada secercah harapan lah untuk tetap memilih di pemilu yang akan datang, jika sikap PSI ini konsisten

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun