Mungkin bukan inkonsistensi yang membuat gerah, tapi mereka gerah karena tak bisa lagi mengakali anggaran untuk kepentingan pribadi anggotanya.
Dengan kejadian ini sepertinya memang terlihat jelas bahwa semenjak dari awal mereka memang sangat bernafsu untuk menaikan pendapatan mereka melalui RKT 2021, namun karena PSI secara vokal menyatakan penolakannya terhadap kenaikan tersebut, akhirnya PSI dikucilkan.
Mungkin karena berkali-kali PSI melakukan manuver yang membuat mereka tak bisa memainkan anggaran akhinya PSI dimusuhi oleh seluruh anggota dewan yang lain.
Kita masih ingat masalah anggaran Lem Aibon, kemudian masalah penarikan biaya Formula-E sebesar Rp.560 milyar.
Mengubah budaya di DPRD yang sudah berkarat seperti itu memang sungguh tak mudah. Â Cara mereka memahami bahasa dalam anggaran itu mungkit berbeda dengan cara PSI memahami anggaran.
Jika semua memang memusuhi PSI, bukan berarti PSI salah, tapi karena  mereka kesal tak bisa membuat anggota DPRD dari Fraksi PSI tak seperti mereka.
Saya melihat aksi walk out yang dilakukan oleh seluruh anggota DPRD DKI saat PSI membacakan pandangannya, adalah sebuah blunder besar, mereka seolah sedang membesarkan nama PSI, sementara nama baik mereka akan kian terpuruk.
Sikap yang dilakukan para anggota dewan di DKI ini sepertinya sudah tak akan mendapat tempat lagi dihati masyarakat.Â
Sementara nama partai yang baru berdiri pada 2014 ini bakal terus melambung, asal mereka memang benar bersih dan terus mempertahankan sikapnya itu.
Ada secercah harapan lah untuk tetap memilih di pemilu yang akan datang, jika sikap PSI ini konsisten
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H