Mana bisa nilai-nilai luhur seperti itu disampaikan dengan cara kasar yang kadang tak berperi seperti kerap dilakukan oleh Rizieq Shihab dan FPI-nya.
Idealisme agama yang dipraktekkan dengan penuh arogansi seperti ini bakal merusak nama baik agama itu sendiri.
Agama Islam yang seharusnya menjadi rahmatan lil alamin dengan membawa misi kasih sayang dengan air mata cinta yang penuh kebajikan dan kearifan, penentram batin dan perekat harmoni sosial di tangan mereka justru kemudian dianggap menjadi problem yang mengutak-ngatik misi itu.
Agama yang sangat indah ini kerap kali dipaksa untuk bergerak sesuai pemahamannya sendiri, dengan cara-cara yang terkadang mengangkangi hukum yang ada.
Agama itu seharusnya tampil sebagai "ratu adil" alih-alih menjadi pemicu ketegangan sosial. Ada keangkuhan dalam diri pelaku agama seperti Rizieq Shihab dan FPI-nya.
Mereka terlanjur menganggap dirinya paling benar dan suci dalam beragama. Mereka memaksa ajaran agama yang berasal dari pemahaman skriptualistik dalam menjawab berbagai persoalan kontemporer yang hasilnya justru malah membawa pada ketegangan sosial.
Hal ini terjadi karena mereka mempertahankan standar kebenaran beragama dalam ukuran mereka sendiri, sesuai dengan tafsiran dan keyakinan yang mereka pahami semata.
Salah satu contoh mutakhir dalam kasus karikatur satir Nabi itu, mereka dalam aksi unjuk rasanya bahkan menganggap sang pemenggal kepala Samuel Paty guru yang menunjukan gambar karikatur itu sebagai pahlawan.
Padahal dengan memberikan simpati apalagi menganggap pelaku kekerasan itu sebagai pahlawan justru akan menjerumuskan agama Islam pada upaya yang mereduksi kesakralan Islam itu sendiri.
Saya tak tahu apakah masa 3 tahun di kota suci Mekah bakal mampu mengubah pola pikir Rizieq Shihab dan caranya menyampaikan sebuah kebenaran beragama yang mengayomi kehidupan sosial umat Islam Indonesia secara keseluruhan.
Arogansi beragama seperti yang selama ini selalu ditunjukannya itu tak akan mampu membawa Islam ke mana-mana, selain makin kehilangan simpati publik.
Dalam Islam ibadah itu tak hanya melulu secara vertikal. Ia harus digenapi dengan ibadah yang bersifat horizontal antar sesama manusia secara sosial.
Dua pertiga isi Kitab Suci Al Quran itu tentang hubungan horizontal antar sesama mahluk ciptaan Allah SWT.
Artinya Allah memerintahkan kita untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama manusia dengan penuh kerendahan hati.
Justru dengan kerendahan hati kita dapat menginsyafi Keagungan Allah Sang Maha Pencipta sekalian alam dan kedhaifan kita manusia yang tak luput dari segala salah dan dosa.