Namun, menurut Mawar Sugaring works dan prostitusi merupakan dua hal yang berbeda.
"Yang membedakan prostitusi dengan sugaring relationship adalah fakta bahwa dengan menjadi sugar baby, kami tidak harus berhubungan seks dengan sugar daddy," kata dia.
Terlepas dari perdebatan tersebut, di negara-negara barat yang kehidupan seksualnya lebih terbuka laku "sugaring" ini sudah menjadi sebuah lifestyle.
Bagi para wanita muda alasan utama mereka menjadi sugar baby adalah masalah ekonomi alias uang. Apalagi di dunia yang sangat materilistis seperti saat ini dimana penampilan materi menjadi hal utama yang dilihat dalam berinteraksi  antar manusia.
Agar mereka bisa berpenampilan oke tapi kocek tidak memadai sugar relationship ini menawarkan sesuatu yang menjanjikan sekaligus memberikan muka dibandingkan dengan menjadi PSK.
Bagi para Sugar Daddy, selain mereka dapat menikmati tubuh sang Sugar Baby, mereka juga akan terlihat oke karena ketika ia bersosialisasi dengan peer group-nya ia bisa menggandeng wanita muda rupawan nan Semlohai.
Hal itu bagi sebagian kalangan bisa menjadi sebuah kebanggaan. Jadi pada dasarnya sugaring relationship ini bisalah disebut simbiosis mutualisma.
Lantas bagaimana relasi sugaring ini bisa terbentuk, mungkin sebelum internet dan dunia digital berkembang seperti saat ini, pertemanan dan lingkup pergaulan menjadi dasar berkembangnya relasi ini.
Namun, di era teknologi seperti saat ini telah banyak aplikasi yang memang khusus dibuat untuk mempertemukan antara Sugar Baby dan Sugar Daddy/Mommy, lantaran pasarnya memang ada.
Aplikasi terbesar untuk sugaring relationship ini adalah Seeking Arrangement(dot)com. Di Indonesia aplikasi ini pun sudah banyak dikenal.
Jakarta menjadi penyumbang terbanyak Sugar Baby dan Sugar Daddy di situs ini, kemudian disusul Bandung dan Surabaya.