Tak kurang dari 7 skema BLT masuk dalam skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan nilai yang sangat besar Rp.209,17 triliun atau sepertiga dari jumlah keseluruhan anggaran Skema PEN untuk penanggulangan dampak pandemi Covid-19 di Indonesia.
Meskipun di lapangan persoalan data penerima BLT masih terlihat agak kacau, namun jajaran pemerintah terlihat sigap memperbaikinya dan hasilnya terus menunjukan perbaikan.
Lantas bagaimana dengan bidang ekonomi? Responden yang mengaku tidak puas dengan kinerja dalam sektor ekonomi sebesar 49,7 persen, sementara yang menyatakan puas sebanyak 42,6 persen.
Kondisi yang bisa dipahami sebenarnya karena pandemi ini membuat perekonomian Indonesia kocar-kacir, pertumbuhan ekonomi melambat sangat jauh dibanding tahun sebelumnya.
Kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia terjun bebas ke angka minus 5,32 persen dan sepertinya di kuartal III pun masih akan tetap pada teritori negatif meskipun minusnya tak akan sedalam di Kuartal II.
Banyak pengamat ekonomi memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan ada dikisaran minus 1 hingga 2,5 persen.
Artinya secara teknis Indonesia akan masuk dalam jurang resesi. Biasanya pemgumumannya akan dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) di awal November.
Situasi resesi dan memburuknya perekonomian ini tak hanya dirasakan Indonesia, sebagian besar negara-negara di dunia pun dalam kondisi yang sama.
Mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa hingga Jepang, Korea Selatan sampai Singapura pun mengalami pemburukan perekonomian akibat pandemi Covid-19.
Hanya China yang belakangan mulai menggeliat pertumbuhan ekonominya untuk kuartal III 2020 tercatat 4,6 persen, karena pandemi Covid-19 di negeri tirai bambu ini sudah berhasil mereka kendalikan.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh tim perekonomian pemerintah Indonesia sebenarnya sudah sangat bagus dan berjalan dalam trek yang benar, meskipun itu belum berhasil memuaskan maayarakat.