Menyerang dan menghina ras seseorang atau sekelompok orang, apapun alasannya.  Itu perbuatan tercela, ras itu given tak ada satu pun mahluk yang bisa bernegosiasi dengan Tuhan, dari ras dan orang tua mana kita ingin dilahirkan.
Sebagai manusia, sepanjang kita mau berusaha keras dan memiliki kesempatan, kita bisa mengubah apapun kondisi yang ada kecuali ras, sekali kita terlahir sebagai ras Sunda misalnya, maka sepanjang umur kita akan tetap menjadi ras Sunda, sekaya apapun atau setinggi apapun status sosial kita.
Apakah Jokowi yang Jawa karena kekuasaannya bisa menjadi ras Sunda atau Batak setelah menjadi Presiden?
Apakah Lionel Messi sang megastar sepakbola dunia dengan prestasinya yang luar biasa, bisa mengubah rasnya dari Hispanik menjadi Kaukasian?
Apakah Ambhani Mital salah satu orang terkaya di dunia yang terlahir sebagai orang India, karena ia sangat kaya bisa membeli ras baru agar dirinya tak disebut orang India?
Jawabannya tak ada satu pun yang bisa!
Jadi ketika kita menghina seseorang atas dasar ras atau suku bangsanya sama saja dengan menghina Tuhan yang menciptakannya, dan itu sangat tak layak untuk dilakukan, apapun alasannya!
Apalagi jika alasan melakukan penghinaan terhadap sebuah ras itu dengan dalih nasionalisme, seperti belakangan yang dilakukan oleh sejumlah warganet asal Indonesia yang menyerang ras masyarakat negara Vanuatu, karena masalah politik internasional yang berkaitan dengan Papua.
Saya tak perlu menerangkan lagi apa yang terjadi antara Vanuatu dengan Indonesia dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) yang terjadi beberapa hari lalu di Markas Besar PBB di New York Amerika Serikat, karena kita dapat menyaksikannya lewat berbagai kanal media.
Apakah dengan menyerang ras masyarakat Vanuatu secara verbal melalui berbagai laman media sosial bakal otomatis membuat Vanuatu menarik mundur diplomasi pemerintahnya menyikapi persoalan Papua?
Tak akan! Bahkan mungkin bisa saja menjadi kontra produktif bagi upaya diplomasi Indonesia untuk memenangkan hati sejumlah negara yang selama ini kerap mempersoalkan urusan Hak Azasi Manusia (HAM) di Papua yang dijadikan dasar mereka untuk memprovokasi agar Papua lepas dari Indonesia.