Dan terakhir ia merilis jilid ke-3, 2 tahun kemudian pada April 1837 yang berisi dongeng The Little Mermaid,  Several Things, dan Emperor's New Clothes.
Setelah 3 jilid dongeng yang ia tulis kemudian ia kembali menulis dongeng cerita anak lain pada tahun 1843, 1847 dan 1852, yang ia beri judul New Fairy Tales yang berkonten The Angel, The Nightangle, The Sweetheart, The Snow Queen, The Ugly Duckling dan Othet Stories
Dari sejumlah dongeng yang Andersen tulis sebagian merupakan ide orisinalnya seperti Little Ida's Flowers, Thumbelina, The Naughty Boy, The Traveling Companion, Several Things, The Little Mermaid dan The Emperor's New Clothes.
Sementara sebagian lain menurut pengakuan HC Andersen merupakan dongeng yang memang telah beredar dimasyarakat yang kemudian ia tulis ulang sesuai interpretasinya.
Sepanjang hayatnya, HC Andersen telah menulis 156 dongeng, dari jumlah tersebut, ada 12 dongeng diantaranya yang diilhami oleh cerita rakyat Denmark yang kerap ia dengar semenjak kecil.
Dongeng-dongeng besutannya ini mengantarkan Andersen pada puncak kejayaannya. Pada akhirnya ia menyadari bahwa dongeng memiliki kekuatan tersendiri yang mampu membawa pesan moral tanpa harus merasa menggurui.
Baginya dongeng, merupakan media yang menggabungkan kesenian rakyat dan sastra yang mengekspresikan keniscayaan yang terkadang terasa getir, namun sekaligus lucu dan menggelikan.
Sebagian besar dongeng karyanya menunjukan pada keyakinan dan optimisme bahwa pada akhirmya kebaikan selalu akan mengalahkan keburukan seperti dongeng The Snow Queen yang  ceritanya kemudian diadaptasi oleh Disney menjadi film Frozen.
Namun tidak semua dongeng yang ditulisnya berakhir "happily ever after" . Ada beberapa dongeng yang ditulisnya memiliki akhir getir dan tragis, seperti contohnya dongeng The Little Match Girl.
HC Andersen emang luar biasa lihai dalam mengkolaborasikan kemampuannya bercerita dan menulis dengan kekuatan imajinasinya yang menembus sekat-sekat dan membuat karyanya diterima secara universal.
Ciri khas yang mewarnai seluruh tulisan Andersen merupakan gambaran kehidupan masa lalunya yang penuh kesedihan, terbuang dan penolakan.