Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gara-gara Pernyataan Puan Maharani, PDIP Ditinggalkan dalam Pilgub Sumbar

7 September 2020   15:39 Diperbarui: 7 September 2020   15:33 7471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernyataan Puan Maharani, rupanya berdampak panjang. PDIP akhirnya menyatakan dirinya tak akan berpartisipasi dalam pemilihan gubernur Sumatera Barat. 

Pasalnya calon gubernur dukungannya Mulyadi-Ali Mukhni memilih mengembalikan Surat Keputusan dukungan PDIP.

Keduanya mengaku kecewa terhadap pernyataan Puan yang mengungkapkan harapannya agar Sumbar menjadi provinsi yang mendukung Pancasila saat ia mengumumkan calon pasangan yang diusung PDIP untuk pemilihan gubernur Sumbar.

"Ya kami sudah sepakati bersama Pak Mulyadi, kita kembalikan SK dukungan dari PDIP. Jadi Mulyadi-Ali Mukhni hanya diusung oleh Demokrat dan PAN. (Dukungan) PDIP kami kembalikan lagi," kata Ali Mukhni, Sabtu (05/09/20). Seperti dilansir Detik.com

Ali Mukhni mengaku langkahnya tersebut diambil setelah berbagai tokoh dan masyarakat Sumatera Barat baik yang ada di tanah Minangkabau maupun perantauan mendesaknya untuk mengembalikan Surat dukungan PDIP.

Pasangan Mulyadi-Ali Mukhni sebelum diusung PDIP terlebih dahulu telah diusung oleh Partai Demokrat yang memiliki 10 kursi dan Partai Amanat Nasional pemilik 10 kursi di DPRD Provinsi Sumbar.

Tanpa tambahan dukungan dari PDIP, sebenarnya mereka sudah bisa melaju dalam pencalonan karena batas pengajuan calon di Provinsi Sunbar 13 kursi. 

Jadi ketika mereka mengembalikan mandat dukungan PDIP tak akan berpengaruh apapun bagi pencalonannya.

Ya itu lah, Kalimat pendek yang mungkin tadinya tak di sadari Puan bakal berbuntut panjang, ternyata membuat skema pemilihan calon PDIP di Sumbar menjadi berantakan.

Atas penyataan Mulyadi-Ali Mukhni tersebut akhirnya PDIP memutuskan untuk menarik diri dan tak berpastisipasi dalam pemilihan gubernur Sumbar pada Pilkada 2020.

Tapi anehnya PDIP melalui Sekjen-nya Hasto Kristiyanto malah balik menyerang Cagub Sumbar yang sempat diusungnya dengan sebutan tidak kokoh dalam bersikap.

"Sejak awal saya sudah menduga bahwa Mulyadi tidak kokoh dalam sikap sebagai pemimpin, sehingga mudah goyah dalam dialektika ideologi," kata Hasto dalam keterangan resmi, Minggu (06/09/20). Seperti dilansir CNNIndonesia.com.

Lebih lanjut Hasto melihat bahwa pasangan ini tak punya sikap, hanya sekedar mencari elektabilitas dan popularitas saja.

Ya wajar saja, sebenarnya jika pasangan Cagub tersebut mencari elektabilitas, wong ini kontestasi dengan standar kuantitatif kok. 

Lebih banyak mendapatkan suara dialah yang menang dalam kontestasi politik tersebut. Salahnya dimana? Alih-alih introspeksi dan mengakui kesalahan malah menimpakan kesalahan pada pihak lain.

Bukankah dalam menentukan calon yang akan diusung PDIP juga berhitung masalah elektabilitas calon yang akan diusungnya?

Jangan karena merasa diri jadi pemenang Pemilu 2 periode lantas menjadi jumawa. Setiap pasang itu selalu diiringi surut, tak mungkin pasang terus, tak mungkinpula surut terus.

Semoga saja PDIP bisa belajar banyak dari perkara ini, bagi Puan Maharani sendiri masalah yang ditimbukannya tersebut bisa menjadikan dirinya lebih matang dalam berpolitik.

Apalagi ia merupakan salah satu calon terkuat menjadi pengganti Megawati sebagai Ketua Umum Partai yang sangat besar.

Permintaan maaf yang tulus dari bibirnya langsung mungkin dapat sedikit menyembuhkan luka hat masyarakat Sumbar.

Toh tak akan jatuh hina juga jika Puan Maharani ini memintaa maaf atas ucapannya tersebut dan terangkan apa maksud kalimatnya tersebut secara jelas agar tak terus menjadi polemik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun