Lebih lanjut Hasto melihat bahwa pasangan ini tak punya sikap, hanya sekedar mencari elektabilitas dan popularitas saja.
Ya wajar saja, sebenarnya jika pasangan Cagub tersebut mencari elektabilitas, wong ini kontestasi dengan standar kuantitatif kok.Â
Lebih banyak mendapatkan suara dialah yang menang dalam kontestasi politik tersebut. Salahnya dimana? Alih-alih introspeksi dan mengakui kesalahan malah menimpakan kesalahan pada pihak lain.
Bukankah dalam menentukan calon yang akan diusung PDIP juga berhitung masalah elektabilitas calon yang akan diusungnya?
Jangan karena merasa diri jadi pemenang Pemilu 2 periode lantas menjadi jumawa. Setiap pasang itu selalu diiringi surut, tak mungkin pasang terus, tak mungkinpula surut terus.
Semoga saja PDIP bisa belajar banyak dari perkara ini, bagi Puan Maharani sendiri masalah yang ditimbukannya tersebut bisa menjadikan dirinya lebih matang dalam berpolitik.
Apalagi ia merupakan salah satu calon terkuat menjadi pengganti Megawati sebagai Ketua Umum Partai yang sangat besar.
Permintaan maaf yang tulus dari bibirnya langsung mungkin dapat sedikit menyembuhkan luka hat masyarakat Sumbar.
Toh tak akan jatuh hina juga jika Puan Maharani ini memintaa maaf atas ucapannya tersebut dan terangkan apa maksud kalimatnya tersebut secara jelas agar tak terus menjadi polemik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H