Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saya Kecewa, Tapi Tak Menyesal Memilih Jokowi

18 Juli 2020   10:35 Diperbarui: 18 Juli 2020   11:57 2545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andai saja Gibran memenangkan Pilkada dan potensinya sangat besar mengingat hampir seluruh partai menjadi pengusungnya, ini merupakan sejarah bagi Indonesia Presiden dan salah satu kepala daerahnya punya hubungan bapak dan anak.

Secara hukum itu sangat tak salah alias sah-sah saja, karena sebagai anak presiden Gibran memiliki hak politik yang sama untuk dipilih dan memilih, dengan masyarakat  Indonesia yang lain.

Namun seiring begitu banyak privilege yang mereka dapatkan sebagai  presiden  dan keluarganya seharusnya tanggungjawabnya pun menjadi berbeda dengan masyarakat kebanyakan.

Terdapat fatsun politik tak tertulis terkait kepantasan dan kesantunan dalam berpolitik. Selama ini memang politik dinasti kerap terjadi di tingkat daerah, menurut data dari Kemendagri tahun 2015 ada 61 daerah di Indonesia yang terindikasi dikuasai dinasti politik dan kebanyakan berdampak kurang baik terhadap kesejahteraan rakyat.

Menurut  Ernesto Dal Bo Profesor Ekonomi Politik dari University of California at Berkeley Amerika Serikat. Politik dinasti dikhawatirkan memunculkan adanya ketidaksetaraan dalam penyebaran kekuatan politik dan mencerminkan ketidaksempurnaan demokrasi.

Calon yang berasal dari  dinasti politik memiliki keunggulan baik dari sisi sumber daya, jaringan elit politik dan kekuasaan untuk menggiring pemilih.

Apalagi dalam konteks Gibran dan Jokowi, Jokowi adalah Presiden pucuk pimpinan tertinggi yang memiliki kekuasaan yang sangat besar di republik ini.

Walaupun dikesankan Gibran berjuang sendiri kemudian terlihat berat sekali menghadapi tantangan dari Partanya sendiri  ketika akan meraih tiket Pilkada, tapi mungkin sebagian besar publik sudah meyakini bahwa Gibran lah yang akan diusung pada akhirnya.

Diakui atau tidak, ada peran Jokowi sebagai Presiden Indonesia dalam hal ini, walaupun menurut Jokowi dalam sebuah wawancara dengan BBC. Com Jokowi pernah menolak bahwa langkah politik Gibran itu merupakan upaya membangun dinasti politik.

"Dinasti politik itu kalau kita menunjuk anggota keluarga kita untuk menjabat. Misalnya saya menunjuk anak saya jadi menteri, tapi kalau seorang keluarga, anak, misalnya, mendaftarkan diri, berpartisipasi dalam pilkada, yang menentukan rakyat bukan Jokowi," kata Jokowi. Seperti dilansir BBC.com

Namun pada prakteknya ya agak sulitlah melepaskan hal tersebut, buktinya seperti dilansir Kompas.com Jokowi memanggil  Achmad Purnomo Wakil Walikota Solo sekaligus rival utama Gibran  dalam meraih tiket sebagai calon yang diusung PDIP dalam Pilkada Solo 2020 ini, dan pemanggilan itu berkaitan langsung dengan kontestasi politik anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun