Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saya Kecewa, Tapi Tak Menyesal Memilih Jokowi

18 Juli 2020   10:35 Diperbarui: 18 Juli 2020   11:57 2545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar masyarakat sangat yakin bahwa UU KPK yang baru tersebut sangat berpotensi melemahkan upaya KPK dalam memberantas korupsi di Indonesia, buktinya saat ini kita juga bisa lihat sendiri.

Harun Masiku  dalam kasus dugaan suap KPU misalnya hanya karena urusan izin dari Dewan Pengawas seperti yang diharuskan oleh UU KPK baru, lolos dan kabur entah kemana sampai hari ini belum tertangkap.

Padahal selama ini  Jokowi cukup akomodatif terhadap aspirasi masyarakat, namun entah kenapa dalam UU KPK ia sepertinya sangat keras.

Disinyalir ada tekanan dari Partai-partai politik terkait UU KPK yang baru ini, tadinya saya berharap Jokowi memberikan legacy penting dalam pemberantasan korupsi.

"Katanya tanpa beban"

Waktu terus bergulir selepas dilantik  kembali Jokowi menjadi Presiden untuk periode ke-2. Ia memilih para menterinya seolah penuh beban, janjinya yang akan lebih banyak memilih profesional dan teknokrat untuk menduduki jabatan di jajaran kabinet tak terbukti.

Komposisi kabinet ternyata dipenuhi oleh para politisi koalisi yang proses pemilihannya pun sangat politis alih-alih memilih sendiri ia terkesan seperti di dikte oleh partai-partai pendukungnya.

Kesan bahwa susunan kabinet ini adalah kabinet "ucapan terimakasih" tak terhindarkan. Kembali saya harus menelan kekecewaan, walaupun dalam saat bersamaan saya mencoba memahami tanpa dukungan parpol pemerintah Jokowi tak bisa berjalan efektif, namun tak harus seperti itu pula kali.

Buktinya saat pandemi Covid-19 terjadi penanganannya kedodoran, survey Litbang Kompas yang dirilis 13 Juli lalu seperti yang dilansir Kompas.com, 87,8 persen penduduk Indonesia tak puas dengan kinerja menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, terutama dalam penanganan pandemi Covid-19.

Terakhir, mungkin ini lebih ke masalah pribadi keluarga Jokowi. Gibran Rakaningbumi putra sulung Jokowi maju menjadi Cawalkot kota Solo dalam Pilkada serentak 2020 saat Jokowi masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Politik dinasti yang di awal Jokowi memerintah sepertinya terlihat hampir mustahil dilakukan oleh mereka, kini menjadi kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun