Favorit saya adalah klub asal Surabaya Niac Mitra yang beberapa kali juara Galatama. Semua informasi tersebut saya dapat dari Kompas. Klasemen liga yang selalu ada di Kompas, saya gunting dan kliping.
Usia terus bertambah setiap hari tak sehari pun lepas dengan koran ini, kemana -mana kerap kali saya bawa Koran ini, Kompas memberi saya banyak wawasan menuntaskan rasa keingintahuan khas anak saat itu.
Rubrik lain yang saya sukai adalah halaman utama dan teknologi atau sosial budaya yang biasanya ada di halaman sebelum halaman tempat sambungan berita hal pertama.
Dan yang saat itu paling tidak sukai adalah halaman 4 yang merupakan halaman yang memuat opini, karena saya tak bisa benar-benar memahaminya.Â
Paling yang saya baca di halaman itu adalah surat pembaca, saya suka mendengar protes atau keluahan orang lain yang ada di rubrik itu.
Tapi nyaris semua halaman di koran Kompas saya baca walaupun mungkin hanya setengahnya saya baca lengkap, sisanya saya cuma baca judul beritanya saja.
Karena senang membaca koran Konpas inilah kemudian membawa saya mewakili Sekolah Dasar tempat saya bersekolah  di tingkat Kota Sukabumi dalam perlombaan cerdas cermat.
Hanya orang yang suka bacalah yang memiliki wawasan yang luas saat itu, ingat saat itu belum ada Google, atau internet sehingga pengetahuan dan informasi mudah didapat.
Informasi kebanyakan bersumber dari bacaan berupa cetakan, TV pun cuma satu masih TVRI jadi arus informasi itu benar-benar terbatas.
Syukurlah ada Kompas yang menemani saya saat itu, dan sampai saat ini Koran Kompas menjadi salah satu referensi saya yang utama dalan mendapatkan infornasi yang sehat.
Walaupun jaman telah berganti, masa kejayaan koran cetakan mulai pudar tapi Kompas masih bisa tetap eksis. Dulu jika Kompas berulang tahun seperti saat ini, koran Kompas akan terbit dalam edisi khusus yang halamannya bisa sampai 100 halaman dengan topik yang beragam.