Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Saya Harus Berterimakasih Pada KOMPAS, Karenanya Saya Bisa Membaca

28 Juni 2020   14:28 Diperbarui: 28 Juni 2020   14:16 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Once upon a time.... begitu biasanya jika kita bercerita tentang suatu hal di masa lampau,ya suatu masa saat saya berusia 4 tahun ketertarikan terhadap membaca sudah tumbuh.

Kebetulan di rumah keluarga kami di Sukabumi, ibu yang merupakan seorang guru di salah satu sekolah menengah pertama di kota yang sama, memiliki ketertarikan yang kuat terhadap membaca.

Salah satu bahan bacaan yang ia sukai adalah surat kabar harian atau biasa disebut koran. Dan koran favorit keluarga kami saat itu adalah koran KOMPAS.

Koran yang saat ini genap berusia 55 tahun, saya bisa katakan untuk urusan membaca , saya tunbuh dan berkembang dengan koran yang didirikan oleh PK Ojong dan Jacoeb Oetama pada tahun 1965 ini.

Di usia 4 tahun saya belajar membaca dari koran ini, walaupun tentu saja belum begitu memahami maksud dari berbagai kalimat  yang menjadi kepala judul berita saat itu.

Namun saya belajar mengenal huruf dan angka ya dari koran ini, judul berita yang biasanya dicetak dengan ukuran font yang besar saya jadikan sebagai sarana mengenal alfabet.

Saat ibu membaca saya selalu bertanya huruf-huruf yang ada di Koran Kompas ini. Beberapa bulan kemudian saya sudah bisa membaca walau masih terbata-bata.

Kalau tak salah ingat, usia 4,5 tahun saya sudah benar-benar lancar membaca walaupun belum memahami dengan benar apa yang dimaksud dalam tulisan tersebut.

Apalagi untuk ukuran tulisan di Koran Kompas yang memang penuh istilah dalam membahas topik tertentu. Namun lambat laun ketika saya sudah mulai masuk Sekolah Dasar dan mulai mendapatkan ilmu-ilmu dasar saya mulai bisa memahami, terutama untuk rubrik Olahraga yang ada di halaman paling belakang Koran Kompas saat itu.

Berbeda dengan anak jaman sekarang yang tumbuh besar bersama gawai, jadi aspek visual menjadi hal yang utama.

Bagi saya saat itu yang paling menggairahkan adalah sesuatu yang berhubungan dengan text. Masih lekat benar dalam ingatan saya tiap hari saya menunggu kabar dari Kompas tentang ulasan kompetisi liga Indonesia yang saat itu disebut Galatama.

Favorit saya adalah klub asal Surabaya Niac Mitra yang beberapa kali juara Galatama. Semua informasi tersebut saya dapat dari Kompas. Klasemen liga yang selalu ada di Kompas, saya gunting dan kliping.

Usia terus bertambah setiap hari tak sehari pun lepas dengan koran ini, kemana -mana kerap kali saya bawa Koran ini, Kompas memberi saya banyak wawasan menuntaskan rasa keingintahuan khas anak saat itu.

Rubrik lain yang saya sukai adalah halaman utama dan teknologi atau sosial budaya yang biasanya ada di halaman sebelum halaman tempat sambungan berita hal pertama.

Dan yang saat itu paling tidak sukai adalah halaman 4 yang merupakan halaman yang memuat opini, karena saya tak bisa benar-benar memahaminya. 

Paling yang saya baca di halaman itu adalah surat pembaca, saya suka mendengar protes atau keluahan orang lain yang ada di rubrik itu.

Tapi nyaris semua halaman di koran Kompas saya baca walaupun mungkin hanya setengahnya saya baca lengkap, sisanya saya cuma baca judul beritanya saja.

Karena senang membaca koran Konpas inilah kemudian membawa saya mewakili Sekolah Dasar tempat saya bersekolah  di tingkat Kota Sukabumi dalam perlombaan cerdas cermat.

Hanya orang yang suka bacalah yang memiliki wawasan yang luas saat itu, ingat saat itu belum ada Google, atau internet sehingga pengetahuan dan informasi mudah didapat.

Informasi kebanyakan bersumber dari bacaan berupa cetakan, TV pun cuma satu masih TVRI jadi arus informasi itu benar-benar terbatas.

Syukurlah ada Kompas yang menemani saya saat itu, dan sampai saat ini Koran Kompas menjadi salah satu referensi saya yang utama dalan mendapatkan infornasi yang sehat.

Walaupun jaman telah berganti, masa kejayaan koran cetakan mulai pudar tapi Kompas masih bisa tetap eksis. Dulu jika Kompas berulang tahun seperti saat ini, koran Kompas akan terbit dalam edisi khusus yang halamannya bisa sampai 100 halaman dengan topik yang beragam.

Masa jayanya dulu, Kompas sempat terbit sscara reguler dalam 36 hingga 48 halaman setiap harinya. Dengan oplah diatas 1 juta eksemplar setiap hari.

Semoga Koran Kompas dapat terus bertahan menunggangi jaman yang terus berkembang dengan kecanggihan dunia digital dan internet.

Selamat Ulang Tahun ke-55 KOMPAS, terimakasih telah menemani saya tumbuh besar hingga saat ini, dan memahami pentingnya literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun